Transformasi Abacaraka ke Pak Guru NINE

 

Tampilan Logo Pak Guru NINE dalam format pendek


[Pacarpeluk, Pak Guru NINE] - Seiring berjalannya waktu, setiap orang tentu mengalami perubahan dan perkembangan dalam hidupnya. Saya, Nine Adien Maulana, pun demikian. Perjalanan saya dalam dunia literasi dan pendidikan mencakup berbagai fase dan evolusi identitas, yang pada akhirnya membawa saya kepada sebutan Pak Guru Nine, baik sebagai nama panggilan maupun identitas media online yang saya kelola.

Awal Perjalanan Identitas

Pada masa awal berkenalan dengan teman-teman aktivis dakwah, saya sering melihat mereka menggunakan nama gelar "Abu", yang dalam bahasa Arab berarti "ayah". Contohnya, Abu Fatih untuk seseorang yang memiliki anak bernama Fatih, atau Abu Qolam karena ia gemar menulis.

Terinspirasi dari mereka, saya memutuskan untuk menggunakan nama laqab yang serupa tetapi dengan sedikit modifikasi. Nama anak pertama saya adalah Caraka Shankara, dan saya ingin nama literasi saya mencerminkan itu. Namun, saya memilih diksi "Aba" bukan "Abu" karena terasa lebih selaras dengan budaya Nusantara. Maka, lahirlah nama Abacaraka, sebuah identitas yang dominan dengan huruf "A" dan terasa lebih Jawa.

Nama Abacaraka tidak hanya terinspirasi dari nama anak saya, tetapi juga beresonansi dengan aksara Jawa, Hanacaraka. Identitas ini kemudian saya gunakan sebagai nama akun Facebook saya dan blog pribadi dengan domain www.abacaraka.id yang sebelumnya menggunakan domain gratisan www.nineadienmaulana.blogspot.com. Selama tiga tahun, blog ini menjadi wadah bagi saya untuk berbagi pemikiran dan pengalaman baik sebagai pendidik maupun sebagai kader penggerak Nahdlatul Ulama di desa Pacarpeluk. Namun, perubahan kembali terjadi pada tahun 2019.

Munculnya Identitas Pak Guru Nine

Pada tahun 2019, saya mulai dikenal dengan sebutan Pak Guru Nine. Sebutan ini pertama kali dikemukakan secara tertulis oleh Ahmad Muhibbuddin, General Manajer Astra Honda Motor yang juga alumnus MAPK Jember angkatan 5, dalam testimoni di buku saya “Serpihan Hikmah dari Sudut Sekolah”. Sebutan tersebut terasa sangat menginspirasi bagi saya. "Pak" memberikan penghormatan kepada seorang laki-laki, "Guru" menegaskan profesi saya sebagai pendidik, dan "Nine" adalah bagian ikonik dari nama saya.

Dalam banyak kesempatan sebelumnya, saya sering diidentifikasi sebagai perempuan karena nama Nine yang tidak umum bagi laki-laki. Misalnya, saat mengikuti tes seleksi calon murid MAPK Jember, saya dikelompokkan dalam kelompok peserta perempuan. Bahkan, ketika mengikuti pra Diklat Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) Kabupaten Jombang, nama saya dimasukkan dalam asrama perempuan. Nama "Nine" sering kali membuat petugas memanggil saya dengan sebutan "Ibu Nine". Pengalaman-pengalaman ini membuat saya merasa sebutan Pak Guru Nine sangat penting untuk menegaskan identitas saya sebagai laki-laki tanpa perlu penjelasan panjang.

Dengan identitas baru ini, saya mulai menggunakan nama Pak Guru Nine di berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Threads. Namun, di Facebook, saya tetap menggunakan nama Abacaraka. Saya belum berminat menggantinya hingga tulisan ini dibuat.

Perubahan Domain dan Blog Baru

Setelah tiga tahun menggunakan domain www.abacaraka.id, saya memutuskan untuk tidak memperpanjang domain tersebut. Alamat blog saya pun kembali ke domain gratisan, www.nineadienmaulana.blogspot.com. Namun, saya merasa perlu memperbarui identitas online saya sesuai dengan nama baru yang telah saya adopsi. Saya kemudian membangun blog baru dengan domain gratisan www.pakgurunine.blogspot.com. Dalam blog ini, saya dengan percaya diri menampilkan grafis bertuliskan Pak Guru NINE dengan huruf kapital untuk menegaskan nama asli saya.

Pengenalan blog baru ini kepada publik dilakukan melalui berbagai konten yang saya unggah di sana, serta memperkenalkan identitas @pakgurunine di media sosial. Dengan cepat, publik mulai mengenal Pak Guru Nine. Ketika blog baru saya sudah penuh dengan konten dan dikenal luas, saya pun menghapus blog lama saya untuk fokus pada blog baru ini.

Langkah Menuju Domain Profesional

Selama bertahun-tahun, saya menggunakan domain gratisan www.pakgurunine.blogspot.com untuk menunjukkan kepada rekan-rekan sesama guru bahwa media online gratisan pun bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang efektif. Namun, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya tanggung jawab saya, termasuk setelah lulus Pendidikan Guru Penggerak angkatan 9 dan menjadi salah satu sekretaris Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Jombang, saya merasa perlu untuk beralih ke domain profesional yang berbayar.

Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan wibawa dan profesionalisme peran sosial kemasyarakatan yang saya publikasi di media online. Hingga narasi ini ditulis, saya masih mempertimbangkan apakah akan menggunakan ekstensi .com, .id, atau yang lainnya untuk domain baru saya. Namun, satu hal yang pasti, penggunaan domain profesional akan membawa manfaat besar bagi penampilan dan kredibilitas saya di dunia maya.

Simbol Baru, Identitas Baru

Sebagai persiapan untuk penampilan baru, saya telah merancang logo Pak Guru NINE. Logo ini terdiri dari elemen gambar peci, kacamata, buku terbuka, tulisan Pak Guru NINE dengan font Now, dan slogan "membaca semesta shankara" yang juga menggunakan tipe font Now. Logo ini mencitrakan karakter diri saya, sementara slogan tersebut mencerminkan nama-nama anak saya: Caraka Shankara, Taliya Kayana, dan Wacana Bawana.

Pembaruan ini ibarat kelahiran kembali (reborn) media online saya, yang akan menunjang khidmat saya dalam berbagai peran. Jika pembaruan ini resmi berlaku, narasi dan redaksi yang ditayangkan di dalamnya akan disesuaikan sehingga tampak lebih umum sebagaimana media massa online lainnya.

Tampilan Logo Pak Guru NINE dalam format memanjang

Penutup

Perjalanan khidmat saya dari Abacaraka menuju Pak Guru Nine adalah cerminan dari dinamika dan evolusi identitas yang selalu mengikuti perkembangan peran dan tanggung jawab saya. Melalui blog baru dan domain profesional yang sedang dipersiapkan, saya berharap dapat terus memberikan kontribusi yang lebih besar dalam dunia literasi dan pendidikan. Identitas baru ini tidak hanya membantu menegaskan siapa saya, tetapi juga menjadi sarana untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan lebih luas dan profesional. [pgn]




Posting Komentar

0 Komentar