![]() |
| Kisi-kisi soal ASAS Ganjil Tahun Pelajaran 2025/2026 Matapelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI SMAN 2 Jombang. |
[Jombang, Pak Guru NINE] - Di setiap akhir semester, ada satu hal
yang selalu menjadi bisik-bisik di lorong sekolah: “Pak… ujian nanti materinya
apa saja?” Pertanyaan itu tidak sekadar menggambarkan rasa penasaran, tetapi
juga kegelisahan, harapan, dan kesungguhan para siswa dalam menghadapi asesmen
yang menandai perjalanan belajar mereka. Karena itulah, bagi saya, menyusun Kisi-Kisi
Asesmen Sumatif Akhir Semester (ASAS) adalah pekerjaan yang memerlukan
ketelitian, empati, dan rasa tanggung jawab yang besar.
Kisi-kisi bukan hanya daftar materi. Ia
adalah “peta perjalanan”—kompas yang membantu siswa memahami apa yang telah
mereka lalui, apa yang harus mereka kuasai, dan apa yang perlu mereka
renungkan. Dalam kisi-kisi ASAS PAI dan Budi Pekerti kelas XI SMAN 2 Jombang,
saya ingin memastikan bahwa setiap butir, setiap indikator, dan setiap level
kognitif memberikan gambaran yang jujur tentang tujuan pembelajaran yang kita
bangun bersama selama satu semester.
Materi pertama dalam kisi-kisi ini
membawa kalian pada Q.S. Ali Imran ayat 190–191—ayat tentang berpikir,
merenung, dan merendahkan hati. Di sana kalian diminta bukan hanya ingat apa
istilah bagi ulul albab, tetapi juga mampu menafsirkan implikasinya
dalam keseharian kalian sebagai pelajar. Bukankah belajar itu bukan sekadar
menatap buku, tetapi juga menatap semesta dan mengambil hikmah? Saya ingin
kalian melihat keterkaitan antara dzikir dan fikir, antara ilmu pengetahuan dan
kesadaran spiritual—dua sayap yang harus seimbang agar manusia dapat terbang
lebih tinggi.
Lalu kalian juga diajak mendalami
prinsip tabayyun dan berpikir kritis. Dunia digital hari ini kadang
lebih cepat daripada nalar kita sendiri. Berita datang tanpa mengetuk, opini
hadir tanpa sumber, dan provokasi menyebar tanpa jeda. Karena itu, kisi-kisi
mencantumkan indikator tentang mengaplikasikan hadis kehati-hatian dalam
menerima informasi. Saya ingin kalian menjadi generasi yang tidak mudah
terombang-ambing oleh emosi, tetapi kokoh dalam logika, santun dalam sikap, dan
berhati-hati dalam menyebarkan apa pun di media sosial.
Pada materi akhlak bermuamalah, kalian
diajak menilai sikap menepati janji, menjaga rahasia, mengendalikan prasangka,
hingga memahami bahaya lisan. Ini bukan hanya pelajaran moral, tetapi bekal
hidup. Dunia sekolah, pertemanan, dan kehidupan digital kalian penuh dengan
situasi yang membutuhkan kebijaksanaan. Karena itu soal-soal pada indikator ini
bukan sekadar “mana definisi yang benar?”, tetapi “apa sikap terbaik yang mesti
diambil?”. Tujuannya jelas: agar nilai-nilai Islam benar-benar hidup di
keseharian kalian.
Kisi-kisi ini juga menghadirkan topik
besar tentang perilaku menyimpang, tawuran, miras, dan narkoba. Namun saya
tidak ingin kalian memahami materi ini sekadar sebagai larangan normatif.
Karena itu, indikatornya lebih banyak pada kemampuan menganalisis,
mengevaluasi, hingga memberikan kritik terhadap kasus nyata. Saya ingin
mendorong kalian melihat bahwa perilaku menyimpang tidak muncul tiba-tiba; ia
dipengaruhi lingkungan, pergaulan, dan pola pikir. Dengan memahami akar masalah
ini secara ilmiah dan etis, kalian akan lebih siap menjaga diri dan membantu
lingkungan sosial kalian tetap sehat.
Pada bab dakwah dan komunikasi, saya
sengaja memasukkan indikator yang menyinggung dakwah bil-lisan, bil-hal, etika
konten digital, hingga bahaya judul provokatif yang hanya mencari viralitas.
Hari ini, kalian adalah generasi yang dekat dengan ponsel, kamera, dan media
sosial. Kalian bisa berdakwah dengan satu unggahan. Tetapi kalian juga bisa
melukai seseorang hanya dengan satu komentar. Karena itu, soal-soal dalam topik
ini mendorong kalian tidak hanya memahami metode dakwah Nabi, tetapi juga
menguji kemampuan kalian dalam mengevaluasi apakah sebuah tindakan sejalan
dengan prinsip hikmah, kelembutan, dan kemaslahatan.
Dan akhirnya, ketika kalian membaca
bagian tentang ulama Nusantara—dari Hamzah Fansuri hingga Syekh Nawawi
al-Bantani—saya ingin kalian menyadari bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang
kecerdasan, spiritualitas, dan kontribusi global. Soal-soal dalam kisi-kisi ini
mengajak kalian menganalisis relevansi perjuangan mereka hari ini. Bahwa
belajar, merantau, berdialog, dan mengabdi adalah tradisi mulia yang diwariskan
para ulama kita.
Kisi-kisi ini saya susun bukan untuk
menakuti atau membebani. Ia saya susun agar kalian belajar dengan terarah,
mempersiapkan diri dengan bijak, dan memahami bahwa nilai tertinggi dari sebuah
evaluasi bukanlah angka, melainkan perubahan diri. Kalian tidak dinilai karena
hafalannya, tetapi karena kemampuan berpikir, kearifan mengambil keputusan, dan
kelulusan kalian dalam memaknai ajaran Islam secara utuh.
Sebagai guru, saya percaya bahwa setiap
dari kalian sedang menjalani proses menjadi lebih baik. Dan jika kisi-kisi ini
bisa menjadi peta kecil yang menuntun perjalanan itu, maka saya merasa tugas
saya telah menemukan maknanya.
Selamat belajar, anak-anakku. Semoga
Allah memudahkan setiap langkah, menguatkan setiap usaha, dan menjadikan ilmu
yang kalian pelajari cahaya yang menerangi masa depan.[pgn]
Unduh File Kisi-Kisi Soal ASAS!

0 Komentar