Kisah di Balik Produksi Arutala

Proses shooting beberapa adegan film pendek Arutala di kelas XII-8 SMAN 2 Jombang.

 

[Jombang, Pak Guru NINE] - Sebuah momen tak terduga terjadi di depan perpustakaan SMAN 2 Jombang ketika Danang, seorang siswa kelas XII-4, mencegat langkah Nine Adien Maulana, guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Wajah Danang memancarkan keseriusan, seperti seseorang yang hendak menyampaikan ide besar. “Ada yang ingin saya bicarakan, Pak,” ujar Danang, memulai percakapan yang kemudian membawa Pak Guru NINE pada pengalaman baru yang berkesan.

Mereka kemudian duduk di bangku depan perpustakaan, di tengah kesibukan para siswa yang lalu lalang. Danang menjelaskan bahwa timnya sedang memproduksi film pendek sebagai persembahan untuk Hari Guru Nasional pada 25 November 2024. Ia meminta kesediaan Pak Guru NINE untuk berperan dalam sebuah adegan singkat. Dalam film itu, Pak Guru NINE akan memerankan seorang guru yang sedang mengajar tapi ada salah satu muridnya tidur di kelas. Dengan nada marah ia memberikan nasihat kepada muridnya itu.

Skenario itu sederhana, hanya membutuhkan beberapa menit akting, namun maknanya cukup dalam. Pak Guru NINE yang menyadari perannya hanyalah figuran dan tidak memberatkan, tanpa ragu menyanggupi permintaan Danang. Dengan senyum, ia berkata, “Kalau untuk kalian dan Hari Guru, saya pasti siap dan mendukung.”

Proses Shooting 

Pekan berikutnya, sesi pengambilan gambar berlangsung di kelas XII-8. Tim produksi, yang terdiri dari beberapa siswa berbakat, tampak sigap mempersiapkan set. Danang bertindak sebagai penulis naskah dan sutradara, mengarahkan setiap adegan dengan antusiasme. Ketika giliran Pak Guru NINE tiba untuk berakting, suasana di kelas menjadi sunyi. Semua fokus pada sosok guru mereka yang kini berada di depan kamera, bukan di depan papan tulis seperti biasanya.

Pak Guru NINE memerankan skenarionya dengan lancar. Ketika ia memanggil murid yang tertidur untuk maju ke depan kelas, nada suaranya menggambarkan kesan tegas namun tetap membangun. Adegan itu selesai hanya dalam beberapa kali pengambilan, berkat kemampuannya memahami arahan dengan cepat. “Pak, acting-nya keren banget!” puji salah satu siswa setelah sesi itu selesai, membuat suasana menjadi cair dan penuh tawa.

Arutala: Kisah Penuh Makna

Film pendek Arutala bukan sekadar hiburan. Cerita ini menggambarkan perjalanan seorang siswa bernama Radit, yang kerap menjadi korban perundungan karena sifatnya yang culun dan tubuhnya yang gemoy. Radit digambarkan sebagai sosok yang sering terlihat menyendiri dan dijauhi oleh sebagian teman-temannya. Namun, di balik kesendiriannya, ia memiliki bakat terpendam yang luar biasa dalam menulis cerita.

Salah satu titik balik dalam hidup Radit adalah ketika gurunya menyadari potensi yang dimilikinya. Dalam adegan penuh emosi, guru tersebut memberikan nasihat dan dukungan moral kepada Radit untuk terus berkarya, meskipun ia sering menghadapi hinaan. Kata-kata sang guru menjadi sumber semangat yang memotivasi Radit untuk mengikuti lomba penulisan cerita pendek.

Kerja keras dan dedikasi Radit membuahkan hasil. Ia memenangkan lomba tersebut, membuktikan bahwa potensi seseorang tidak bisa diukur hanya dari penampilan luar. Setelah lulus dari SMAN 2 Jombang, Radit tumbuh menjadi penulis novel yang sukses. Salah satu karyanya, Arutala, menjadi novel best seller yang menggegerkan dunia literasi.

Ironisnya, teman-teman yang dulu kerap membully Radit merasa terkejut dan malu ketika mengetahui bahwa Arutala, karya fenomenal tersebut, ditulis oleh Radit. Penyesalan mereka menggambarkan pesan moral kuat dari film ini: jangan pernah meremehkan orang lain karena semua orang memiliki potensi besar dalam dirinya.

Sinergi Guru dan Murid

Keterlibatan Nine Adien Maulana dalam pembuatan Arutala bukan hanya sekadar memenuhi permintaan muridnya. Lebih dari itu, ia menyadari bahwa film ini membawa pesan penting tentang anti perundungan, sesuatu yang sejalan dengan kampanye yang telah lama ia galakkan di SMAN 2 Jombang: Stop Bullying! Bullying: Gak Usum Gak Mbois.

Dalam wawancara singkat setelah shooting, Pak Guru NINE mengungkapkan bahwa ia merasa bangga bisa menjadi bagian dari karya yang menginspirasi ini. “Film seperti Arutala adalah cara yang kreatif untuk menyampaikan pesan moral kepada generasi muda. Saya harap cerita ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua bahwa setiap individu memiliki keistimewaan dan potensi,” ujarnya.

Persembahan yang Membanggakan

Pada Hari Guru Nasional, Arutala ditayangkan di aula SMAN 2 Jombang di depan para guru dan siswa. Film itu mendapat sambutan hangat dan tepuk tangan meriah dari penonton. Banyak yang tersentuh oleh pesan moralnya, termasuk Guru NINE yang menonton bersama.

Melalui keterlibatannya dalam Arutala, Nine Adien Maulana tidak hanya menunjukkan dukungannya terhadap kreativitas murid-muridnya, tetapi juga membuktikan bahwa guru bisa menjadi inspirasi, baik di dalam maupun di luar kelas. Sebuah pelajaran berharga bagi semua, bahwa dunia pendidikan tidak hanya soal mengajar, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai kehidupan.[pgn]

Posting Komentar

0 Komentar