Pelajaran dari Sebuah Kejuaraan

 

Sebuah apresiasi dan doa.

[Jombang, Pak Guru NINE] - Ketika Caraka Shankara, anak pertama kami, meminta izin untuk mengikuti Kejuaraan Pencak Silat Sakera Championship 2 di Universitas Trunojoyo Madura, saya menyambutnya dengan senyum penuh dukungan. Tanpa banyak tanya tentang kesiapannya, saya langsung mengiyakan. "Ngge, yah. Siap!" jawabnya tegas. Dalam hati, saya berdoa agar langkahnya penuh keberkahan. Dengan ucapan basmalah, saya menandatangani surat pernyataan izin orang tua, berharap perjalanan ini tak hanya menjadi ajang bertanding, tetapi juga pelajaran hidup bagi Caraka.

Kejuaraan yang digelar pada Sabtu-Ahad, 7-8 Desember 2024, ini datang pada waktu yang tepat. Masa Penilaian Sumatif Akhir Semester Ganjil di SMAN 2 Jombang telah usai, memberikan ruang bagi Caraka untuk fokus. Namun, saya merasakan semangatnya lebih dari sekadar bertanding. Sepertinya, Caraka ingin membuktikan bahwa ia bisa berprestasi, terutama setelah adiknya, Taliya Kayana, mencatatkan serangkaian kemenangan mengesankan dalam berbagai lomba: Juara 1 Musabaqoh Syarhil Quran, Juara Harapan 1 Lomba Maca Guritan, hingga Juara 1 Lomba Cipta Baca Puisi. Koleksi piala Taliya kini telah menghiasi almari buffet kami, menyandingkan prestasi kakaknya di bidang pencak silat dengan kecemerlangan adiknya di seni dan keagamaan.

Jumat sore, 6 Desember 2024, dalam suasana hujan yang deras, Caraka bersama rombongannya memulai perjalanan ke Bangkalan. Mereka naik kereta api menuju Stasiun Semut, Surabaya, dan berencana melanjutkan perjalanan menggunakan Grab Car. Namun, malam itu membawa tantangan tak terduga. Tidak ada sopir yang bersedia mengantar mereka ke Madura. Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya mereka memutuskan mencarter sebuah minibus Elf. Perjalanan yang melelahkan itu akhirnya membawa mereka tiba di Kampus Universitas Trunojoyo Madura, di mana mereka bermalam di barak yang telah disiapkan panitia.

Sabtu pagi, kejuaraan dimulai. Gedung Pertemuan R.P. Moh. Noer di kampus tersebut dipenuhi oleh semangat para atlet muda dari berbagai daerah. Namun, Caraka baru dijadwalkan bertanding pada Minggu, 8 Desember 2024. Menunggu giliran tentu menjadi tantangan tersendiri, tetapi Caraka tetap tenang, menunjukkan ketangguhannya. Pada hari itu, ia harus melewati beberapa babak pertandingan di Kelas H Tanding Remaja Putra. Meski persaingan ketat, Caraka berhasil meraih Juara 3. Saya yakin, keberhasilannya bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal mental yang kokoh dan keberanian untuk berusaha.

Namun, perjalanan pulang tak kalah dramatis. Karena terlambat tiba di Stasiun Gubeng, Surabaya, tiket kereta mereka hangus. Rombongan terpaksa bermalam di stasiun, menunggu keberangkatan kereta berikutnya pada pukul 04.00 WIB. Ketika Caraka akhirnya tiba di Stasiun Jombang pada Senin pagi, sekitar pukul 06.30, lelah tampak di wajahnya, tetapi ada kepuasan yang tak tergantikan. Ia telah melewati sebuah perjalanan panjang yang penuh pembelajaran.

Pelajaran Berharga

Dari pengalaman ini, saya melihat banyak nilai moral yang patut direnungkan. Pertama, kesungguhan dan tekad Caraka memberi pelajaran bahwa keberhasilan bukanlah sekadar hasil akhir, tetapi perjalanan panjang yang penuh perjuangan. Meskipun hanya meraih peringkat ketiga, prestasi ini tetap membanggakan karena diperoleh dengan usaha maksimal.

Perjalanan Caraka dan rombongannya juga membuktikan bahwa tantangan adalah bagian dari kehidupan. Ketika rencana awal untuk menggunakan Grab Car gagal, mereka tidak menyerah. Keputusan untuk mencarter minibus Elf menunjukkan pentingnya kemampuan beradaptasi dan berpikir kreatif di tengah keterbatasan.

Keberhasilan Caraka dan Taliya menjadi bukti bahwa setiap anak memiliki keunikan dan bakat masing-masing. Almari buffet kami kini bukan sekadar tempat menyimpan piala, tetapi simbol dari keberagaman prestasi yang diraih dengan kerja keras dan semangat.

Pengalaman ini mengajarkan pentingnya manajemen waktu dan persiapan. Tiket kereta yang hangus adalah pengingat bahwa disiplin waktu adalah bagian penting dari kesuksesan, baik dalam pertandingan maupun kehidupan sehari-hari.

Dukungan Orang Tua

Sebagai orang tua, kami menyadari bahwa peran kami bukan hanya sebagai pemberi izin, tetapi juga pendukung utama anak-anak kami. Doa, semangat, dan kepercayaan yang kami berikan menjadi bahan bakar bagi mereka untuk melangkah lebih jauh. Kami tidak menuntut kesempurnaan, tetapi mengapresiasi setiap usaha yang mereka lakukan.

Perjalananmu ke Madura adalah lebih dari sekadar kejuaraan, Nak. Itu adalah pelajaran tentang arti semangat, kesabaran, dan keberanian. Mungkin ada hari-hari di depan yang lebih sulit, tetapi kami percaya kamu telah belajar bagaimana menghadapinya. Prestasi adalah hadiah, tetapi proses adalah harta karun sejati.[pgn]

Posting Komentar

0 Komentar