![]() |
Aksi bersih-bersih lingkungan SMAN 2 Jombang dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2025. |
[Jombang, Pak Guru NINE] - Pagi itu, langit di atas SMAN 2 Jombang belum
sepenuhnya terang. Sebagian besar murid baru saja membuka mata, sebagian lagi
masih tertidur pulas. Namun, di grup WhatsApp guru wali kelas
dan grup Info Resmi,
pesan penting sudah terkirim sejak tengah malam. Instruksi dari kepala sekolah
cukup jelas: besok, 5 Juni 2025, bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup
Sedunia, seluruh warga sekolah diminta melaksanakan kegiatan bersih-bersih
lingkungan mulai pukul 07.00 hingga 08.00 pagi.
Saya,
sebagai wali kelas XI-4, langsung merespons. Bukan dengan berpikir soal tema
globalnya terlebih dulu, melainkan tentang bagaimana saya bisa membersamai
murid-murid dalam kegiatan ini secara kompak, menyenangkan, dan berdampak. Pagi
itu, kami sepakat mengenakan kaos dan bergerak bersama—tidak untuk bergaya,
tapi sebagai bentuk kesetiaan pada instruksi dan cinta terhadap lingkungan
kami.
Murid-murid
kelas XI-4 langsung mengambil peran tanpa banyak perintah. Ada yang sigap
menyapu lantai, ada yang membersihkan kaca jendela, ada yang mengelap meja dan
kursi, bahkan ada yang naik ke bangku untuk mengusir sawang di sudut tembok.
Tak satu pun dari mereka tampak enggan. Suasana kelas yang biasanya serius
berubah jadi lebih hidup dan penuh tawa. Energi kebersamaan itu seperti menyebar
ke seluruh sudut ruangan.
Saya
tahu, kegiatan ini bukan sekadar membersihkan ruang belajar. Ia mengandung
makna lebih dalam yakni sebuah
latihan kepedulian, tanggung jawab, dan rasa memiliki. Di tengah kesibukan
ujian, padatnya jadwal pelajaran, dan tekanan tugas, anak-anak masih bisa
diajak peduli pada hal yang lebih besar; menjaga bumi, mulai dari ruang
kelas mereka sendiri.
Setelah
semua bersih, kami tak langsung bubar. Saya mengumpulkan mereka dalam kelas
itu, memberikan
arahan dan motivasi singkat. Saya katakan bahwa belajar tidak hanya soal nilai
dan ujian, tapi juga bagaimana mereka bersikap, bekerja sama, dan menumbuhkan
kepedulian sosial. Lingkungan yang bersih akan membentuk pikiran yang jernih.
Dan dari pikiran yang jernih, akan lahir semangat untuk meraih prestasi tanpa
putus asa.
Selama
kegiatan bersih-bersih berlangsung, saya meminta salah satu murid untuk
mendokumentasikan seluruh kegiatan kami dalam bentuk video. Tak butuh waktu
lama, saya edit dan unggah ke akun media sosial saya, @pakgurunine. Bukan untuk
pamer, tetapi sebagai bagian dari publikasi dan kampanye. Siapa tahu, dari
video sederhana itu, akan lahir inspirasi baru bagi yang lain untuk melakukan
hal serupa.
Barulah
setelah kegiatan itu selesai, saya sadar bahwa Hari Lingkungan Hidup Sedunia
tahun ini mengangkat tema “Ending Plastic Pollution” atau “Hentikan Polusi
Plastik”. Sejenak saya terdiam. Andai saja kami tahu sejak awal, mungkin kami
akan mengarahkan kegiatan bersih-bersih ke fokus yang lebih tajam: memilah
sampah plastik, mengedukasi murid tentang bahayanya, atau mengadakan aksi
simbolik untuk mengurangi penggunaannya.
Namun
saya tak menyesal. Sebab apa yang kami lakukan tetaplah sejalan dengan semangat
hari itu. Bahkan, sebelum Hari Lingkungan Hidup Sedunia tiba, sekolah kami
sudah melakukan aksi nyata: Eco Qurban. Dalam momen Idul Adha tahun lalu, kami
berusaha meminimalisir penggunaan plastik dengan menggunakan daun dan besek
bambu sebagai wadah daging qurban. Sebuah langkah sederhana tapi bermakna dalam
memerangi polusi plastik. Pada Idul Adha tahun ini, kami pun juga akan melakukan
hal yang sama sebagai bentuk kepedulihan bersama terhadap lingkungan.
Kegiatan
bersih-bersih di SMAN 2 Jombang hanyalah satu bagian kecil dari gerakan yang
lebih besar. Tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup mengajak seluruh elemen
masyarakat untuk menggelar Apel
Bersama dan Aksi Bersih Sampah Plastik secara serentak di seluruh
Indonesia. Tak hanya sekolah, tapi juga pantai, sungai, pasar, bahkan rumah
ibadah dijadikan titik-titik aksi nyata. Semua demi satu tujuan: menciptakan
Indonesia yang bersih dan berkelanjutan.
Masalah
sampah plastik memang bukan hal sepele. Data menunjukkan bahwa Indonesia adalah
salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Plastik sekali pakai
seperti kantong, sedotan, dan botol air kemasan menjadi momok menakutkan bagi
ekosistem laut dan darat. Butuh ratusan tahun untuk bisa terurai. Sementara
kita, sering kali membuangnya begitu saja—seolah tak pernah memikirkan
dampaknya.
Maka,
Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini menjadi momentum penting untuk berhenti
sejenak dan bertanya: sudahkah kita cukup peduli? Sudahkah kita melakukan
sesuatu, meski kecil, untuk lingkungan sekitar kita?
Mungkin
tak semua dari kita bisa mengubah dunia. Tapi semua dari kita bisa memulai dari
langkah kecil: menyapu ruang kelas, membawa botol minum sendiri, memilih
belanja tanpa kantong plastik, atau sekadar mengingatkan teman agar tak
membuang sampah sembarangan.
Dari
kelas XI-4, saya belajar bahwa perubahan bisa dimulai dari komunitas kecil.
Dari aksi yang terlihat sederhana namun membawa dampak besar. Dari guru dan
murid yang mau melangkah bersama, tanpa menunggu sempurna.
Dan kini, saya percaya: bersih-bersih bukan sekadar aksi. Ia adalah pernyataan sikap. Bahwa kami peduli. Bahwa kami ingin bumi yang lebih layak untuk ditinggali. Bahwa kami percaya masa depan bisa lebih hijau, jika hari ini kita mau membersihkannya—dari hati dan dari plastik.[pgn]
0 Komentar