![]() |
| Selamat Ulang Tahun Ke-54 KORPRI dan Selamat Hari Guru tahun 2025 |
[Jombang, Pak Guru NINE] - Ketika saya menengok ke belakang,
perjalanan panjang sebagai Pegawai Negeri Sipil terasa seperti untaian takdir
yang dirangkai Allah SWT dengan begitu rapi. Tanggal 1 April 2006 menjadi titik
penting dalam hidup saya—hari ketika Pemerintah Kabupaten Jombang mengangkat
saya sebagai Pegawai Negeri Sipil Daerah, menugaskan saya untuk mengajar
Pendidikan Agama Islam di jenjang SMA, sekaligus menjadikan saya bagian dari
keluarga besar Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI). Namun seperti banyak
kisah perjalanan hidup lainnya, keberhasilan itu tidak hadir dalam sekejap. Ada
babak perjuangan yang penuh peluh sebelum saya sampai di titik ini.
Antara 2002 hingga 2005, saya pernah
berada pada fase yang menguji ketabahan. Dua kali saya mengikuti seleksi Calon
Pegawai Negeri Sipil, dan dua kali pula saya merasakan pahitnya kegagalan. Yang
pertama, saya mencoba peruntungan di Kantor Departemen Agama Kabupaten Jombang.
Namun baru di tahap administrasi, nama saya sudah terhenti. Saya tidak tahu apa
penyebabnya, dan rasa kecewa waktu itu benar-benar menghantam. Belum pulih
sepenuhnya dari kekecewaan itu, saya mencoba lagi di Departemen Agama Kota
Mojokerto. Alhamdulillah administrasi saya diterima, dan saya bisa mencicipi
bangku ujian seleksi kompetensi. Sayangnya, hasil tetap belum memihak. Untuk
kedua kalinya saya belum lolos.
Dua kegagalan tersebut bukan hal mudah,
tetapi justru dari situlah saya mengerti bahwa perjalanan menuju pengabdian
sering kali dipenuhi ujian. Allah SWT seakan hendak menyiapkan hati saya agar
lebih kuat, lebih sabar, dan lebih siap menerima amanah yang jauh lebih besar.
Tahun 2005 datang membawa harapan baru.
Pemerintah Kabupaten Jombang kembali membuka seleksi CPNS Daerah dengan banyak
formasi, termasuk formasi guru. Atas arahan Bapak
saya, saya akhirnya memilih formasi
Guru Agama Islam jenjang SMA. Waktu itu, seleksi dilaksanakan
di gedung SMKN 3 Jombang. Saya mengikuti ujian
dengan penuh harapan, meski perasaan ragu tetap menyelinap ketika melihat
lembar jawaban komputer. Namun Allah SWT berkehendak lain. Pada suatu pagi yang
tak terlupakan, saya melihat nama saya tercetak di koran Jawa Pos sebagai salah
satu peserta yang dinyatakan lolos. Rasa syukur saya pecah begitu besar hingga
sulit saya gambarkan dengan kata-kata.
SK pengangkatan sebagai Calon Pegawai
Negeri Sipil pun saya terima, dan saya ditempatkan di SMAN Ploso. Sejak 1 April
2006, hidup saya memasuki babak baru. Dua tahun kemudian, tepatnya sejak 1
Januari 2008, status saya resmi 100% menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah. Dari
sana, langkah-langkah pengabdian saya terus berlanjut hingga hari ini.
Ketika kisah ini saya tulis, saya telah
mengabdi selama 19 tahun 10 bulan. Dalam rentang waktu itulah saya menerima
gaji dan fasilitas dari pemerintah—sebuah karunia yang selalu saya syukuri.
Kehidupan saya bersama istri dan anak-anak memang tidak bergelimang kemewahan,
tetapi rasa syukur selalu menjadi ruang paling luas dalam hati saya. Jika
dibandingkan dengan banyak saudara kita yang situasinya jauh lebih berat, apa
lagi yang harus saya keluhkan? Allah SWT telah memberikan lebih dari cukup.
Jika usia pensiun ditetapkan pada usia
60 tahun, maka saya masih memiliki sekitar 14 tahun masa pengabdian di depan.
Waktu yang cukup panjang untuk terus memperbaiki diri, memantapkan niat, dan
memperkuat dedikasi. Saya memohon kepada Allah SWT agar diberikan umur panjang,
kesehatan, dan keberkahan, sehingga dapat mendampingi istri, anak, dan kelak
cucu-cucu kami dalam kehidupan yang harmonis dan sejahtera.
Menariknya, refleksi ini bertepatan
dengan dua momentum penting. Pada 29 November 2025, KORPRI merayakan HUT ke-54
dengan tema “Bersatu, Berdaulat, Bersama KORPRI, Mewujudkan Indonesia Maju.”
Beberapa hari sebelumnya, 25 November, kita memperingati Hari Guru Nasional
dengan tema “Guru Hebat Indonesia Kuat.” Bagi saya, dua peringatan ini
adalah pengingat sekaligus penyemangat. Sebagai PNS sekaligus guru, saya
merasakan bahwa kedua identitas itu selalu berjalan beriringan: mengabdi kepada
negara sekaligus membangun bangsa melalui pendidikan.
Di sisa masa bekerja ini, saya berharap dapat terus memberi manfaat—baik saat masih aktif maupun ketika kelak memasuki masa purna tugas. Karena pengabdian sejati tidak pernah berhenti pada batas waktu; pengabdian hidup dalam tindakan, dalam ketulusan, dan dalam nilai-nilai yang kita wariskan.
Akhirnya, dengan penuh rasa syukur, saya mengucapkan, Selamat Ulang Tahun ke-54 KORPRI, dan selamat Hari Guru 2025. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk terus berkarya, berjasa, dan menebar kebermanfaatan bagi Indonesia tercinta.[pgn]
Nine Adien Maulana, GPAI SMAN 2
Jombang

0 Komentar