![]() |
Aksi Presentasi Gagasan Caraka Shankara dalam Debat Duta Demokrasi. |
[Jombang, Pak Guru NINE] - Caraka Shankara,
seorang siswa kelas XI-10 SMAN 2 Jombang, secara mengejutkan terpilih sebagai
Duta Demokrasi untuk mewakili kelasnya. Meski tak disangka oleh banyak pihak, pemilihannya
dilakukan secara demokratis, menunjukkan betapa besar kepercayaan yang
diberikan teman-teman sekelasnya. Tantangan berikutnya yang harus ia hadapi
adalah Debat Duta Demokrasi antar perwakilan dari sembilan kelas lainnya yang
akan digelar pada Senin, 14 Oktober 2024. Setelah debat, seluruh siswa kelas XI
akan memberikan suara mereka, dan tiga kandidat dengan suara terbanyak akan
melaju ke tahap akhir Pemilihan Duta Demokrasi tingkat sekolah yang dijadwalkan
pada 21 Oktober 2024.
Sebagai orang tua, saya merasa bangga dan
sekaligus khawatir. Saya tak menuntut anak pertama kami itu untuk menang, tetapi saya selalu
mengingatkannya untuk mempersiapkan diri dengan baik, menghargai amanat yang
telah diberikan oleh teman-temannya. "Ayah tidak menuntut kamu menang dalam
pemilihan itu. Tapi, siapkan dirimu sebaik mungkin agar tidak terlalu
mengecewakan teman-teman kelasmu," nasihat saya kepadanya.
Caraka mengiyakan nasihat tersebut, namun tanpa
saya duga, ia justru berpamitan untuk berangkat touring ke Bromo bersama sekitar
20 temannya. Sebagai orang tua, saya mencoba mencegahnya dan menyarankan agar
dia menunda perjalanan tersebut hingga setelah debat. “Sebaiknya pekan depan
saja pean main ke Bromo, setelah pean tampil debat. Sekarang mending siapkan
diri untuk tampil debat,” saran saya.
Namun, ia tetap teguh pada keputusannya karena
sudah berjanji dengan teman-temannya. Dengan hati berat, saya hanya bisa
mengikhlaskan dan mendoakannya. Caraka berangkat pada Jumat malam sekitar pukul 20.00 WIB, 11 Oktober 2024, dan
kembali ke rumah pada Sabtu sore dalam keadaan sehat wal afiat, meskipun
terlihat sangat lelah. Setelah itu, ia tertidur pulas sepanjang malam.
Keesokan harinya, pada Minggu, 13 Oktober 2024,
Caraka menjalani aktivitasnya seperti biasa, termasuk merawat ayam-ayam
piaraannya yang merupakan bagian dari usaha dagangnya. Saya kembali
mengingatkannya untuk mempersiapkan diri menghadapi debat dengan membaca buku
referensi sebagai bahan untuk memaparkan gagasan. Caraka pun mengiyakan,
meskipun saya menyadari bahwa kebiasaan membaca dan menulis bukanlah hal yang sering ia
lakukan.
Hal yang mengejutkan adalah ketika bapak saya, melihat Caraka membaca buku. “Dien, kok tumben
Caraka baca buku?” tanyanya, terkejut dengan pemandangan yang jarang terjadi. Sekadar informasi tambahan, sehari-hari Caraka tinggal di rumah Bapak dan Ibu saya yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah saya. Saya kemudian menjelaskan menjelaskan kepada Bapak bahwa Caraka telah dipilih sebagai Duta Demokrasi oleh
teman-teman sekelasnya dan akan menghadapi debat esok harinya. Mendengar
penjelasan itu, bapak saya tampak tersenyum senang dan bangga pada cucunya.
Namun, pagi harinya, Senin, 14 Oktober 2024, ketika saya mengantarkan bekal makanan untuk Caraka, saya mendapati bahwa dia sedang sakit. Kepalanya pusing, ia muntah-muntah, dan merasa lemah. Ia kemudian minta bantuan saya untuk mengerok punggungnya dengan minyak kayu putih. Saya kemudian membuat surat pemberitahuan untuk sekolah bahwa Caraka sakit dan tidak bisa hadir pagi itu. Saya juga memintanya segera minum obat dan menyarankan untuk istirahat.
"Nanti sekitar jam 09.00 kalau badan sampean sudah enakan, tolong sampean berangkat ke sekolah. Jangan kecewakan teman-teman sampean yang telah mengamanahkan aspirasi kepada sampean sebagai Duta Demokrasi. Sampean harus hadir dalam debat.", pesan saya kepadanya.
Saya juga menghubungi wali kelas XI-10, Bu Enik dan guru BK serta guru piket, untuk memberi tahu kondisi Caraka. Saya sampaikan bahwa Caraka akan datang jika kesehatannya membaik. Namun, hingga sekitar pukul 09.00, Caraka belum tampak datang di sekolah.
Karena masih kosong jam ngajar, saya kemudian memutuskan untuk pulang menjemputnya di rumah. Ternyata ia masih terbaring di kamarnya, merasa lemah. Dengan sedikit
memaksanya, saya mengajaknya ke sekolah. Saya tidak ingin teman-temannya kecewa
karena wakil mereka tidak hadir dalam debat.
Akhirnya, bersama saya, Caraka tiba di sekolah sekitar
pukul 10.30. Saya mengingatkannya untuk menghadap guru piket sebelum masuk ke
kelas. Setelah itu, ia mulai berkoordinasi dengan teman-temannya untuk
mempersiapkan diri menghadapi debat.
Ketika tiba saatnya debat, Caraka tampil di
hadapan siswa kelas XI. Paparannya tentang demokrasi dan gagasannya tidak
terlalu istimewa jika dibandingkan dengan kandidat lain. Referensinya minim,
sehingga gagasan yang disampaikannya tidak terlalu kuat dan informatif. Namun,
saya tetap bangga karena ia berani tampil dan menghormati kepercayaan
teman-temannya.
Setelah sesi debat selesai, diadakan pemungutan
suara. Seluruh siswa kelas XI memilih salah satu dari Duta Demokrasi yang telah
memaparkan gagasan mereka. Tiga orang yang mendapat suara terbanyak berhak
melaju ke tahap final pada Senin, 21 Oktober 2024.
Hingga saat ini, saya belum mendapatkan informasi
mengenai hasil pemungutan suara tersebut. Siapa tiga orang yang mendapatkan
suara terbanyak masih menjadi misteri. Jujur, saya tidak berharap terlalu
banyak Caraka masuk dalam tiga besar, karena banyak kandidat lain yang lebih
layak dan lebih siap darinya. Namun, demokrasi sering kali memberikan hasil
yang mengejutkan. Apapun hasilnya nanti, itu adalah cerminan dari aspirasi para
siswa kelas XI SMAN 2 Jombang.
Saya yakin bahwa apapun hasil akhirnya, pengalaman
ini akan menjadi pelajaran berharga bagi Caraka. Demokrasi tidak hanya tentang
menang atau kalah, tetapi tentang proses dan tanggung jawab atas kepercayaan
yang telah diberikan oleh orang lain.[pgn]
Baca juga!
0 Komentar