![]() |
Potret Koleksi Ayam dan Kandang Caraka Shankara |
[Jombang, Pak Guru NINE] - Caraka Shankara, anak
sulung kami, adalah sumber kejutan tiada henti. Di usianya yang masih belia, ia
telah menunjukkan ketertarikan besar pada dunia peternakan unggas – sebuah hobi
yang sama sekali tidak kami duga. Tidak ada tradisi beternak dalam keluarga
kami, apalagi pengalaman atau pengetahuan tentang cara memelihara ayam. Namun,
Caraka melakukannya dengan semangat yang melampaui usianya, seolah ia memiliki
naluri bawaan dalam dunia peternakan.
Setiap hari, halaman belakang rumah kami berubah
menjadi miniatur peternakan. Puluhan ayam kampung dan beberapa itik berlarian
dengan bebas, sementara ayam jantan yang gagah berdiri seolah menjadi simbol
usaha Caraka. Namun, yang paling mengesankan adalah bagaimana Caraka berhasil memperkerjakan
seorang tukang untuk membuat kandang-kandang unggas dengan begitu rapi dan
representatif. Kandang-kandang itu dibangun dengan kayu bekas dan bambu bekas
kami gunakan untuk keperluan pengecoran bangunan beberapa bulan yang lali.
Kandang-kandang ini tidak hanya nyaman bagi unggas-unggasnya tetapi juga
menjadi daya tarik bagi calon pembeli. Dalam usia semuda itu, Caraka telah menunjukkan
kecerdasan praktis yang mengagumkan.
Sebagai orang tua, kami merasa bangga sekaligus
takjub melihat Caraka mengelola usahanya dengan percaya diri. Ia membeli dan
menjual unggasnya sendiri, mengatur keuangan sederhana, dan bahkan bernegosiasi
dengan pelanggan. Meski terlihat seperti seorang wirausahawan cilik, kami tidak
bisa mengabaikan kekhawatiran yang muncul. Salah satu yang menjadi perhatian
kami adalah kemungkinan ayam jantannya digunakan dalam praktik adu ayam atau
“diabar” oleh orang lain. Kami sangat menentang praktik seperti itu karena
tidak sesuai dengan nilai-nilai agama Islam yang kami anut.
Untuk itu, kami terus mengingatkan Caraka agar
usaha yang ia jalankan tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi
juga membawa keberkahan. Kami berpesan agar ia merawat unggas-unggasnya dengan
kasih sayang dan menjauhkan diri dari hal-hal yang melanggar etika maupun
ajaran agama. Di balik kesuksesan kecilnya ini, kami ingin Caraka tumbuh
menjadi seseorang yang tidak hanya kreatif tetapi juga bertanggung jawab.
Namun, perjalanan Caraka dalam mengelola usahanya
tidak sepenuhnya mulus. Di balik ketekunannya dalam mengurus ayam-ayam, kami
masih sering menghadapi tantangan dalam membimbingnya menjalani rutinitas
sehari-hari. Bangun pagi tepat waktu, melaksanakan salat lima waktu tanpa
diingatkan, atau sekadar merapikan tempat tidur adalah hal-hal yang masih harus
kami pandu dengan sabar. Ada kalanya Caraka menunjukkan sikap bandel, dan ini
mengingatkan kami bahwa proses kedewasaan memerlukan waktu.
Kami mencoba berbagai cara untuk membimbingnya
agar lebih disiplin dan mandiri. Salah satu pendekatan kami adalah dengan
memberikan contoh. Setiap pagi, kami menunjukkan pentingnya memulai hari dengan
doa dan kebersihan. Kami juga mencoba menciptakan rutinitas yang terstruktur,
berharap Caraka dapat mengikuti pola yang kami bangun. Selain itu, apresiasi
menjadi kunci penting. Kami memberikan penghargaan kecil setiap kali ia
menunjukkan kemajuan, seperti mencuci pakaian sendiri atau menyelesaikan tugas
sekolah tanpa ditunda.
Meski hasilnya belum sepenuhnya memuaskan, kami
tidak kehilangan harapan. Kami percaya bahwa setiap anak memiliki jalannya
sendiri untuk belajar dan berkembang. Bagi Caraka, hobi uniknya ini mungkin
adalah cara Allah SWT memberikan jalan pembelajaran yang sesuai dengan bakat
dan minatnya. Kami yakin, dengan bimbingan yang konsisten dan doa yang tulus,
ia akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.
Di sisi lain, hobi Caraka juga membawa pelajaran
berharga bagi kami sebagai orang tua. Melalui interaksi dengan Caraka, kami
belajar untuk lebih sabar dan peka terhadap kebutuhan anak-anak. Kami menyadari
bahwa menjadi orang tua bukan hanya tentang memberikan arahan, tetapi juga
tentang mendengarkan dan memahami dunia anak-anak dari sudut pandang mereka.
Kami belajar bahwa cinta tidak selalu berarti memaksa anak untuk menjadi
seperti yang kami inginkan, melainkan mendukung mereka menjadi versi terbaik
dari diri mereka sendiri.
Bagi kami, Caraka dan kandang-kandang unggasnya
adalah simbol harapan. Ia menunjukkan bahwa kreativitas dan semangat dapat
muncul dari tempat yang tidak terduga. Kami percaya, apa yang Caraka lakukan
sekarang adalah awal dari perjalanan panjang yang akan membentuk masa depannya.
Mungkin suatu hari, ia akan menjadi wirausahawan sukses yang membawa perubahan
positif bagi banyak orang. Atau mungkin, pengalaman ini akan menjadi pelajaran
berharga yang membekas di hatinya seumur hidup.
Seiring berjalannya waktu, kami akan terus mendampingi Caraka dengan penuh doa dan kasih sayang. Kami yakin bahwa Allah SWT telah merancang rencana terbaik bagi dirinya. Dalam perjalanan ini, kami tidak hanya melihat Caraka tumbuh, tetapi juga melihat diri kami sendiri berkembang sebagai orang tua. Ayam, kandang, dan harapan kami – semuanya adalah bagian dari romantika kisah suka, duka, canda, tawa dan air mata serta doa yang terus kami jalani bersama.[pgn]
Baca juga!
0 Komentar