Gus Irfan dari SMPP Jombang ke Kursi Menteri Haji dan Umrah

 

Semoga kiprah beliau menginspirasi generasi muda untuk terus belajar, berprestasi, dan berkontribusi bagi bangsa dengan cara mereka masing-masing. Karena sejatinya, setiap murid punya potensi menjadi “Gus Irfan” di bidangnya sendiri—asal berani bermimpi, berusaha, dan berbakti.

[Pacarpeluk, Pak Guru NINE] - Sebagai seorang guru di SMAN 2 Jombang, yang dulunya dikenal dengan berbagai nama—SMAN Jombang, SMPP Jombang, SMUN 2 Jombang—saya kerap menyaksikan perjalanan panjang para murid dalam mengukir prestasi. Sekolah ini bukan hanya ruang belajar, tetapi juga lahan subur yang menumbuhkan mimpi, bakat, dan cita-cita. Tak jarang, dari bangku sederhana di kelas, lahirlah tokoh-tokoh yang kelak membawa nama harum almamater ke kancah nasional. Salah satunya adalah K.H. Mochamad Irfan Yusuf Hasyim, atau yang akrab disapa Gus Irfan, seorang alumni yang baru saja dilantik menjadi Menteri Haji dan Umrah Republik Indonesia oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin, 9 September 2025.

Bagi saya pribadi, kisah sukses Gus Irfan bukan hanya tentang gelar atau jabatan. Lebih dari itu, ia adalah inspirasi nyata bahwa sekolah negeri di kota kecil seperti Jombang pun mampu melahirkan pemimpin besar. Saya selalu mengingatkan murid-murid saya bahwa menjadi “manusia pembelajar” adalah kunci utama untuk meraih prestasi.

Semangat saya untuk memotivasi murid-murid di SMAN 2 Jombang juga lahir dari pengalaman pribadi. Saya adalah alumnus MAPK/MAKN Jember, sebuah madrasah yang menempah kami menjadi manusia pembelajar sejati. Di sana, kami diajarkan bahwa ilmu tidak hanya untuk dikuasai, tetapi juga untuk diamalkan demi kemaslahatan umat. Mayoritas alumni madrasah itu, akhirnya menjadi pribadi yang berkontribusi positif bagi kemajuan peradaban bangsa Indonesia. Itulah sebabnya, saya ingin para murid saya di Jombang terinspirasi, memiliki semangat belajar yang tinggi, dan berprestasi sesuai versi terbaik mereka sendiri.

Kisah hidup Gus Irfan adalah contoh nyata dari semangat tersebut. Dari SMPP Jombang, beliau menapaki perjalanan panjang: menyelesaikan S1 dan S2 di Universitas Brawijaya, hingga meraih gelar doktor di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan disertasi tentang kepemimpinan transformasional dalam melestarikan tradisi pesantren. Sebuah bukti bahwa pendidikan yang berkelanjutan mampu melahirkan pemimpin yang berwawasan luas sekaligus berakar kuat pada tradisi dan nilai keagamaan.

Yang menarik, perjalanan hidup Gus Irfan tidak melulu berputar di lingkaran akademik. Beliau mengabdi di pesantren sebagai Sekretaris Umum Pondok Pesantren Tebuireng, menjadi Wakil Ketua Yayasan Hasyim Asy’ari, hingga mendirikan BPR Tebuireng sebagai upaya pemberdayaan ekonomi pesantren. Bahkan di dunia politik, Gus Irfan menapaki tangga yang tak mudah. Sebelum menjadi menteri, ia sempat menjadi anggota DPR RI meski hanya sekejap karena kemudian dipanggil mengemban amanah sebagai Kepala Badan Penyelenggara Haji dan Umrah, yang kini berevolusi menjadi kementerian tersendiri.

Apa yang membuat kisah ini penting bagi para siswa? Jawabannya sederhana: keteladanan. Di tengah gempuran era digital yang sering mengaburkan batas antara ketenaran semu dan prestasi sejati, sosok seperti Gus Irfan hadir sebagai teladan bahwa kerja keras, pendidikan, dan pengabdian adalah fondasi utama untuk meraih keberhasilan yang bermakna. Murid-murid saya perlu tahu bahwa keberhasilan bukanlah hadiah instan, melainkan buah dari proses panjang yang memadukan ilmu, moral, dan kepedulian sosial.

Di balik kesuksesannya, Gus Irfan tetap seorang santri yang merendah. Kiprahnya di berbagai organisasi keagamaan seperti Rabithah Ma’ahid Islamiyah dan Lembaga Perekonomian NU menunjukkan bahwa ia tidak hanya memikirkan karier pribadi, tetapi juga memajukan umat dan bangsa. Bahkan saat dipercaya sebagai Juru Bicara Tim Kampanye Nasional pada Pilpres 2019, ia membawa suara yang santun dan argumentatif—ciri khas seorang intelektual santri yang berpijak pada etika.

Kini, sebagai Menteri Haji dan Umrah, Gus Irfan memikul amanah besar. Di pundaknya, jutaan umat Islam Indonesia menggantungkan harapan agar pelaksanaan ibadah haji dan umrah semakin profesional, transparan, dan menenteramkan hati jamaah. Saya percaya, dengan pengalaman panjangnya di dunia pendidikan, pesantren, dan politik, ia mampu merumuskan kebijakan yang tidak hanya teknis, tetapi juga menyentuh aspek spiritual dan kemanusiaan.

Bagi kami di SMAN 2 Jombang, pelantikan Gus Irfan adalah momentum berharga untuk kembali menegaskan pentingnya menjadi manusia pembelajar. Murid-murid saya harus melihat bahwa alumni sekolah ini bisa menjadi menteri, cendekiawan, bahkan tokoh bangsa. Mereka perlu yakin bahwa asal-usul dari kota kecil tidak pernah menjadi penghalang untuk meraih panggung nasional, selama ada komitmen pada ilmu, kerja keras, dan pengabdian.

Sebagai guru, saya ingin terus menghadirkan kisah-kisah inspiratif seperti ini di ruang kelas. Bukan semata untuk berbangga, tetapi agar para siswa memahami bahwa hidup bukan hanya tentang mencari nilai tinggi, melainkan tentang memupuk karakter, ilmu, dan kepedulian. Gus Irfan telah memberi teladan nyata: berangkat dari bangku sekolah negeri di Jombang, ia kini memimpin salah satu kementerian strategis di Indonesia.

Akhirnya, pelantikan Gus Irfan sebagai Menteri Haji dan Umrah bukan hanya catatan sejarah bagi pemerintah Indonesia, tetapi juga kebanggaan bagi SMAN 2 Jombang. Semoga kiprah beliau menginspirasi generasi muda untuk terus belajar, berprestasi, dan berkontribusi bagi bangsa dengan cara mereka masing-masing. Karena sejatinya, setiap murid punya potensi menjadi “Gus Irfan” di bidangnya sendiri—asal berani bermimpi, berusaha, dan berbakti.[pgn]

Nine Adien Maulana, GPAI SMAN 2 Jombang – Sekretaris DP MUI Kabupaten Jombang

Posting Komentar

0 Komentar