![]() |
| Semangat literasi harus bergerak dari individu ke komunitas, dari ruang kelas ke ruang publik, dari desa ke dunia maya. |
[Jombang, Pak Guru
NINE] - Di tengah derasnya
arus informasi dan disrupsi digital, literasi bukan lagi sekadar keterampilan
membaca dan menulis. Ia telah bertransformasi menjadi kemampuan berpikir
kritis, memilah informasi, dan menggunakannya secara bijak demi kemajuan
masyarakat. Di sinilah peran pegiat literasi menjadi sangat vital. Sebagai
seorang guru sekaligus penggiat literasi, saya merasakan langsung betapa
pentingnya literasi sebagai pondasi peradaban yang unggul.
Sejak lama, saya memandang literasi
sebagai jalan sunyi yang penuh cahaya. Di Masjid Baitul Muslimin, saya merintis
pojok baca kecil yang kini menjadi rumah bagi berbagai koleksi buku. Tempat ini
bukan hanya ruang menyimpan buku, melainkan juga ruang bertemunya ide,
inspirasi, dan harapan. Di dunia maya, saya mengelola media literasi dengan
branding Pak Guru NINE melalui website www.pakgurunine.com
dan akun Instagram, Threads, serta TikTok @pakgurunine. Semua ini saya
lakukan agar semangat literasi menjangkau lebih banyak orang, dari pelosok
kampung hingga dunia digital yang tanpa batas.
Maka, ketika Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Jombang menyelenggarakan Bimbingan Teknis Literasi
Informasi pada 10, 15, dan 16 September 2025, saya merasa inilah ruang belajar
yang tidak boleh saya lewatkan. Saya terjadwal hadir pada Senin, 15
September 2025 di Ruang Soeroadiningrat Sekretariat Daerah Kabupaten
Jombang, bersama para pegiat literasi lain dari berbagai lembaga pendidikan
dan komunitas.
Bimtek ini menjadi bagian dari Program
Pembinaan Perpustakaan dan Kegiatan Pembudayaan Gemar Membaca Tingkat Daerah,
khususnya Sub Kegiatan Sosialisasi Budaya Baca dan Literasi pada Satuan
Pendidikan Dasar dan Masyarakat. Harapannya sederhana tetapi mendalam:
menghadirkan masyarakat yang semakin cerdas, kritis, dan berdaya saing melalui
literasi informasi yang mumpuni.
Rundown kegiatan menunjukkan rangkaian
acara yang padat namun menarik. Dimulai pukul 08.00 WIB dengan registrasi
peserta, pembukaan, dan laporan dari Plt. Kepala Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan, Ibu Sri Surjati, S.S., M.Si., lalu dilanjutkan materi-materi
penting dari para narasumber berkompeten.
Materi pertama, “Literasi Informasi:
Keterampilan Mengakses, Menilai, dan Menggunakan Informasi Secara Bijak,”
akan dibawakan oleh Hj. Yuliati Nugrahani Warsubi. Materi ini terasa
sangat relevan karena di era digital, banjir informasi kerap memunculkan kabut
disinformasi. Kemampuan memilah dan mengolah informasi adalah tameng utama agar
masyarakat tidak tersesat dalam lautan data yang kadang menyesatkan.
Materi berikutnya dari Agus Santoso,
S.Sos., M.Med.Kom. bertema “Bimbingan Teknis Literasi Informasi:
Strategi Pengembangan Masyarakat Unggul Berbasis Literasi Informasi.” Di
sinilah saya melihat jembatan antara literasi dan pembangunan masyarakat.
Literasi tidak berhenti di ruang baca, tetapi harus menjelma menjadi gerakan
yang mendorong masyarakat lebih kreatif, inovatif, dan produktif.
Materi ketiga yang dibawakan Dedy
Dwi Putra, M.Hum. tentang “Analisis-Sintesis Informasi dan Diseminasi
Informasi” menjadi bekal penting bagi para pegiat literasi untuk tidak
hanya mengonsumsi informasi, tetapi juga mengolah dan menyebarkannya kembali
secara bijak dan bertanggung jawab.
Sebagai seorang guru dan pegiat
literasi, saya melihat kegiatan ini bukan sekadar forum pelatihan, melainkan
ekosistem kolaborasi. Di sana, para guru, pustakawan, aktivis komunitas baca,
hingga mahasiswa bisa bertukar pikiran, berbagi pengalaman, dan merancang
strategi bersama untuk menggerakkan literasi di daerah masing-masing.
Lebih jauh, literasi informasi memiliki
peran strategis dalam membangun peradaban bangsa. Dengan literasi yang kuat,
masyarakat tidak mudah terprovokasi hoaks, lebih kritis terhadap isu-isu
publik, dan mampu memanfaatkan informasi untuk pengembangan ekonomi,
pendidikan, hingga sosial budaya. Itulah sebabnya, mengikuti Bimtek ini bukan
hanya untuk pengembangan diri, melainkan juga sebagai bentuk kontribusi nyata
bagi kemajuan literasi di Kabupaten Jombang.
Saya membayangkan setelah kegiatan ini,
pojok baca di Masjid Baitul Muslimin akan semakin hidup dengan program-program
kreatif berbasis literasi informasi. Media online Pak Guru NINE juga
bisa menjadi sarana edukasi digital yang memadukan kearifan lokal dengan
wawasan global. Misalnya, membuat konten edukasi singkat di TikTok tentang cara
memverifikasi informasi atau menulis artikel inspiratif di website tentang
gerakan literasi di desa-desa.
Semangat literasi harus bergerak dari
individu ke komunitas, dari ruang kelas ke ruang publik, dari desa ke dunia
maya. Bimbingan Teknis Literasi Informasi ini adalah salah satu langkah kecil
yang bisa menyalakan obor peradaban yang lebih terang. Sebab, bangsa yang
literat adalah bangsa yang bermartabat.
Dengan bekal ilmu dari para narasumber,
jejaring pegiat literasi, dan semangat kolaborasi, saya percaya Jombang bisa
menjadi contoh daerah yang sukses membudayakan literasi. Dan saya, sebagai
bagian kecil dari gerakan ini, ingin terus menyemai asa melalui buku, tulisan,
dan ruang-ruang berbagi, baik offline maupun online. Karena pada akhirnya,
literasi adalah tentang bagaimana kita memanusiakan manusia lewat pengetahuan
dan kebijaksanaan.[pgn]
Nine Adien Maulana, Direktur PGN Institute – Sekretaris DP MUI Kabupaten Jombang

0 Komentar