Khotbah Jumat : 3 Wajah Anak, 3 Jalan Pulang

 

Saya menyusun naskah khotbah Jumat ini berdasarkan pidato KH. Muhammad Afifuddin Dimyathi dalam acara Haflah Akhirussanah MIN 4 Jombang, yang selaras dengan suasana kebatinan yang saya alami dan rasakan selama ini.


Khotbah Pertama

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullāh, marilah kita tingkatkan takwa kepada Allah: taat pada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, lahir batin. Di antara amanah terbesar yang Allah titipkan adalah anak-anak kita. Al-Qur’an menyebut posisi anak dalam tiga keadaan:

  1. Bisa menjadi musuh,
  2. Menjadi fitnah/ujian, dan
  3. Menjadi pelipur lara/penyejuk hati.
    Bersamaan dengan itu, Allah menuntun kita dengan solusi Qur’ani agar amanah ini mengantarkan kita pada derajat takwa.

1) Ketika anak menjadi “musuh” (potensi penjerumus pada maksiat)

Allah berfirman (QS. At-Taghābun [64]:14):

﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ١٤ ﴾

 

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka, berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu memaafkan, menyantuni, dan mengampuni (mereka), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(14)”

Musuh di sini bukan untuk dibenci, tetapi peringatan: jika keluarga tidak dibina dalam iman, mereka dapat menyeret kita pada yang haram. Bagaimana sikap orang tua? Memaafkan, melapangkan dada, menutup aib, dan memohonkan ampun untuk anak. Inilah teladan Nabi Ya’qub ‘alaihissalām (QS. Yūsuf [12]:97–98):

﴿ قَالُوْا يٰٓاَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَآ اِنَّا كُنَّا خٰطِـِٕيْنَ ٩٧ قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٩٨ ﴾

 

“Mereka (anak-anak Ya‘qub) berkata, “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampunan untuk kami atas dosa-dosa kami. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah.(97)” Dia (Ya‘qub) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(98)”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullāh, ayah yang bertakwa bangun di sepertiga malam, bersujud, bertahajud, memintakan ampun atas dosa dirinya dan anak-anaknya—namanya disebut satu per satu—seraya menjaga lisan saat marah dan menutup aib mereka. Dengan cara lembut ini, Allah memperbaiki keturunan Ya’qub hingga menjadi hamba-hamba yang shalih (al-asbath).

2) Ketika anak menjadi fitnah/ujian (medan latihan takwa)

Allah berfirman dalam QS. At-Taghābun [64]:15–16:

﴿ اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ ١٥ فَاتَّقُوا اللّٰهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا وَاَنْفِقُوْا خَيْرًا لِّاَنْفُسِكُمْۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ١٦ ﴾

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allahlah (ada) pahala yang besar.(15) Bertakwalah kamu kepada Allah sekuat kemampuanmu! Dengarkanlah, taatlah, dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu! Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.(16)”

Berdasarkan ayat tersebut, tiga kunci lulus ujian keluarga: (a) bertakwa semampu kita, konsisten pada halal–haram meski berat; (b) mendengar nasihat dan taat pada kebaikan, orang tua dulu memberi teladan; (c) berinfak, membelanjakan yang terbaik demi pendidikan, adab, dan lingkungan yang shalih. Infak orang tua bisa menjadi wasilah kesalehan anak.

3) Ketika anak menjadi pelipur lara/penyejuk hati (target ideal yang diupayakan)

Doa hamba-hamba Allah yang penyayang QS. Al-Furqān [25]:74–75:

﴿ وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا ٧٤ اُولٰۤىِٕكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوْا وَيُلَقَّوْنَ فِيْهَا تَحِيَّةً وَّسَلٰمًا ۙ ٧٥ ﴾

“Dan, orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.(74) Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka serta di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam.{75)”

Inilah visi keluarga: pasangan dan keturunan yang menyejukkan mata, serta menjadi teladan bagi orang bertakwa. Jalannya adalah dengan doa yang terus-menerus dan sabar yang panjang: sabar menghadapi dinamika anak dan sabar mengulang doa serta teladan setiap hari. Para ulama menegaskan, doa ibu mustajab, doa ayah lebih mustajab—maka ayah hendaklah terdepan dalam mendoakan anak-anaknya.

Jamaah yang dirahmati Allah, anak adalah amanah yang kelak dimintai pertanggungjawaban. Mari menjadikannya jalan bertakwa dengan memaafkan, melapangkan dada, menutup aib, mendengar dan taat pada kebaikan, berinfak, berdoa tanpa putus, dan bersabar tanpa lelah.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

Khotbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَالتَّقْوَى زَادُ الْقُلُوْبِ، وَهِيَ سَبَبُ الصَّلَاحِ فِي الْأَهْلِ وَالذُّرِّيَّةِ.

قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ... ﴾ [التغابن: ١٤[

وَقَالَ: ﴿ إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللّٰهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ ﴾ [التغابن: ١٥[

وَقَالَ عِبَادُ الرَّحْمٰنِ: ﴿ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴾ [الفرقان: ٧٤[.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا، وَلِوَالِدِينَا، وَلِأَزْوَاجِنَا، وَلِأَوْلَادِنَا، وَاجْعَلْهُمْ قُرَّةَ أَعْيُنٍ لَنَا. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ نِيَّاتِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَارْزُقْنَا تَقْوَاكَ مَا ابْتَغَيْنَا حَيَاةً.

اَللّٰهُمَّ ارْزُقْنَا حِلْمًا وَصَبْرًا وَحِكْمَةً فِي التَّرْبِيَةِ، وَبَارِكْ فِي أَرْزَاقِنَا، وَاجْعَلْ إِنْفَاقَنَا سَبَبًا لِصَلَاحِ أَهْلِنَا وَأَبْنَائِنَا.

اَللّٰهُمَّ احْفَظْ بِلَادَنَا وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَوَفِّقْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَاصْرِفْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَسُوءَ الْفِتَنِ.

عِبَادَ اللّٰهِ، ﴿ إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۗ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴾ .فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.

Disusun oleh Nine Adien Maulana, ayah dari tiga anaknya, Caraka Shankara, Taliya Kayana dan Wacana Bawana.

Posting Komentar

0 Komentar