![]() |
Sembilan anak itu tersenyum lebar, seakan mengatakan bahwa kebersamaan tidak selalu bergantung pada jumlah, melainkan pada ketulusan dan makna di baliknya. |
[Jombang, Pak Guru NINE] - Minggu, 12 Oktober 2025, halaman SMAN 2 Jombang
terasa berbeda dari biasanya. Meski hari itu adalah hari libur, langit pagi
tampak cerah dan penuh semangat kebangsaan. Saya datang lebih awal untuk
mengikuti upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Provinsi Jawa Timur. Ada
sesuatu yang istimewa dalam kesederhanaan pagi itu — bukan karena megahnya
acara, melainkan karena ketulusan yang tumbuh dari momen mendadak yang sarat
makna.
Instruksi pelaksanaan upacara memang datang begitu
tiba-tiba. Banyak siswa sudah merencanakan kegiatan keluarga, memanfaatkan hari
Ahad untuk beristirahat. Namun, semangat tanggung jawab dan rasa cinta terhadap
Jawa Timur membuat sejumlah murid tetap hadir dengan penuh kesadaran. Sebagai
wali kelas XII-5, saya telah mengimbau seluruh siswa untuk hadir. Dari 38
murid, hanya sembilan yang datang — tujuh perempuan dan dua laki-laki. Jumlah
itu memang kecil, tapi semangat mereka besar dan tulus.
Upacara dimulai tepat waktu. Bendera merah putih
berkibar gagah diiringi lagu Indonesia Raya yang bergema di seluruh lapangan.
Setiap bait lagu seakan membangkitkan rasa bangga menjadi bagian dari bangsa
ini, khususnya sebagai warga Jawa Timur. Pak Sigit Kuncoro dari Cabdindik
Wilayah Kabupaten Jombang menjadi pembina upacara. Dalam amanatnya, beliau
menekankan makna tema tahun ini: “Jatim Tangguh Terus
Bertumbuh.” Pesan itu terasa begitu relevan — bahwa ketangguhan
bukan hanya soal kekuatan fisik, tapi juga keteguhan hati untuk terus
berkembang meski dalam keterbatasan.
Saya memandang siswa-siswa saya yang berbaris rapi
di bawah sinar matahari pagi. Mereka yang hadir bukan sekadar melaksanakan kewajiban,
melainkan meneladankan arti dari “tangguh” itu sendiri. Di tengah kenyamanan
libur, mereka memilih hadir untuk menghormati perjuangan dan semangat provinsi
tercinta. Sikap seperti ini, meski sederhana, adalah benih tanggung jawab dan
kepedulian sosial yang perlu terus disiram agar tumbuh subur dalam diri
generasi muda.
Usai upacara, kami sempat berfoto bersama.
Wajah-wajah lelah bercampur bangga. Sembilan anak itu tersenyum lebar, seakan
mengatakan bahwa kebersamaan tidak selalu bergantung pada jumlah, melainkan
pada ketulusan dan makna di baliknya. Dari momen kecil itulah saya belajar:
kebersamaan yang lahir dari kesadaran akan tanggung jawab memiliki nilai yang
jauh lebih besar daripada kehadiran yang hanya karena perintah.
Tema “Jatim Tangguh Terus Bertumbuh”
bukan sekadar slogan, melainkan cerminan karakter yang perlu ditanamkan di
setiap jiwa — baik guru, siswa, maupun masyarakat. Ketangguhan lahir dari
disiplin, kebersamaan, dan semangat untuk berinovasi meski dalam keterbatasan.
Sebagaimana Jawa Timur yang terus bertumbuh dalam berbagai bidang, begitu pula
seharusnya kita: tidak berhenti belajar, beradaptasi, dan berbuat sesuatu yang
berarti bagi sesama.
Hari
itu mungkin hanya sebuah upacara sederhana di tengah libur, tapi maknanya
mendalam. Ia mengingatkan bahwa ketangguhan sejati tidak lahir dari kenyamanan,
melainkan dari komitmen untuk hadir, bertumbuh, dan berkontribusi — sekecil apa
pun bentuknya — demi Jawa Timur yang tangguh dan terus bertumbuh.[pgn]
0 Komentar