Agar Pembelaran Daring Tidak Garing

 

Liputan tentang pengalaman Pak Guru NINE dalam mengelola Pembelajaran Jarak Jauh dimuat dalam Jawa Pos Radar Jombang Senin, 16/8/2021. 

[Pacarpeluk, Pak Guru NINE]

“Assalaamu a’aikum Wr.Wb. Pak, saya X dari Radar Jombang”. Sebuah chat masuk ke nomor WA Messenger masuk. Pak Guru NINE pun membalas dengan mengenalkan diri. Setelah basa-basi akhirnya, wartawan itu mengungkapkan maksudnya, yaitu menggali kisah pengalaman guru SMAN 2 Jombang ini dalam mengelola Pembelajaran Jarak Jauh.

Agar memudahkan memberikan informasi yang diinginkan oleh wartawan itu, Pak Guru NINE pun minta pertanyaan-pertanyaan itu ditulis melalui chat WA. Setelah itu Guru PAIBP ini pun menjawabnya melalui pesan suara (voice note).

Hasil wawancara itu pun dimuat dalam harian Jawa Pos Radar Jombang edisi Senin, 16 Agustus 2021 dengan judul Wajib Mandi dan Berseragam Rapi. Liputan ini juga dimuat dalam edisi online dalam websitenya disini. Berikut ini adalah kutipan lengkap liputan itu.

Belajar daring jangan sampai garing. Begitu menurut Nine Adien Maulana, guru Pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SMAN 2 Jombang. Menggunakan google meet, ia membuat kontrak belajar dengan siswa. Salah satunya wajib mandi sebelum zoom.

’’Selama pandemi, daring sangat menjemukan, jadi saya buat mereka seolah benar-benar sekolah meskipun jarak jauh,’’ kata guru asal Desa Pacar Peluk Kecamatan Megaluh ini, kemarin.

Awal pandemi, ia menggunakan aplikasi chatting untuk mengajar. Tidak memkai google zoom meet, khawatir siswa keberatan dengan besarnya penggunaan paket data. Namun semakin lama belajar dengan cara itu dinilai membosankan.

Tahun ini, ia baru melakukan pembelajaran dengan google meet. Dia memilih fitur yang gratis. Ia ingin hasilnya tetap maksimal. Penggunaan aplikasi disertai kontrak belajar dengan siswa.

Diantara isinya, wajib menyalakan kamera. Siapa saja yang tidak hadir dianggap absen. ’’Saya tidak ingin berbicara sendiri seperti penyiar radio,’’ tegasnya. Maka harus ada anaknya. ’’Saya ingin interaktif, mengetahui aktifitas mereka, wajah mereka, dinamika gerakan mereka,’’ jelasnya.

Kontrak belajar lainnya ialah wajib mandi sebelum mengikuti zoom meeting. Juga wajib mengenakan seragam sesuai dengan hari itu. Minimal bagian atas, sehingga saat di kamera tampak berniat belajar dengan sungguh-sungguh.

’’Saya tidak ingin melihat anak-anak kumus-kumus. Saya ingin melihat mereka bersih, rapi,’’ tandasnya. Kalau terlihat belum mandi, dia beri waktu 10 menit untuk mandi. Untuk seragam juga menyesuaikan. ’’Apalagi saya guru agama,’’ ujarnya.

Pernah ada praktik membaca Alquran. ’’Ternyata saya lihat pakai celana pendek. Ya minimal celana atau sarung yang lebih layak,’’ jelasnya.

Ia juga mewajibkan bernyanyi sebelum dan setelah pembelajaran. Biasanya ia mengajak siswanya bersalawat tibbil qulub, zikir dan wirid. Dengan harapan Allah  memberikan keselamatan.

’’Interaksi guru dan siswa juga harus ada, khususnya saat absen. Memanggil satu per satu siswa,’’ bebernya.

Menurut Nine, guru saat ini harus belajar banyak hal tentang IT (teknologi informasi). Minimal menguasai fitur-fitur zoom seperti mematikan seluruh speaker siswa. ’’Kita harus berusaha membuat belajar daring yang sangat garing, menjadi tidak garing lagi,’’ ungkapnya.

Pembelajaran dengan caranya dianggap cukup bagus. ’’Saya nyaman, siswa juga nyaman. Sejauh ini tidak ada keluhan,’’ kata guru kelahiran 1979 ini.

Ia juga bercerita,  jauh sejak sebelum pandemi, ia sudah memanfaatkan google form untuk ulangan harian siswa. Juga memanfaatkan blog pribadi yang berisi materi pembelajaran, artikel pribadi juga ulangan harian untuk siswa. Sehingga kalau ia berhalangan untuk hadir, tetap bisa memberikan penugasan untuk siswa. ’’Saya juga menggunakan whatsapp grup karena itu salah satu yang paling familiar,’’ ucapnya. (jo/wen/naz/JPR)

Posting Komentar

0 Komentar