![]() |
Klik tautan ini untuk menyaksikan dan mendengarkan apresiasi dan dukungan KH. Achmad Hasan kepada www.pakgurunine.com! |
[Jombang, Pak Guru NINE] - Hubungan guru dan murid
sejatinya bukan sekadar ikatan formal di dalam ruang kelas. Ia kerap melampaui
batas waktu dan usia, menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa
kini, bahkan menjadi jalinan spiritual dan intelektual yang membentuk arah
hidup seseorang. Begitulah kira-kira relasi saya dengan KH. Achmad Hasan, guru
Bahasa Arab saya ketika menimba ilmu di MTsN Tambakberas pada kurun waktu 1992
hingga 1995. Beliau bukan hanya pengajar ilmu nahwu dan shorof, tetapi juga
pengarah jalan hidup dan pembuka pintu-pintu kesempatan.
Masih
segar dalam ingatan, selepas kami menyelesaikan pendidikan di MTsN, KH. Achmad
Hasan tidak hanya melepas kami dengan doa dan restu, tetapi juga mengantar
langsung saya beserta tiga teman lainnya—Muhammad Hibbi Farihin, Salmah Faatin,
dan Lilik Rosyidah—untuk mengikuti seleksi masuk Madrasah Aliyah Program Khusus
(MAPK) di Wisma Sejahtera, Jalan Ketintang Surabaya. Pada masa itu, MAPK
merupakan program unggulan Kementerian Agama RI yang berorientasi pada
pembinaan kader intelektual muslim berbasis pesantren dan ilmu-ilmu keislaman
klasik.
Berkat
bimbingan dan dorongan moral dari beliau, saya dan Hibbi diterima di MAPK
Jember, sementara Salmah Faatin diterima di MAPK Malang. Perjalanan hidup kami
pun berbelok ke arah yang lebih terarah, penuh tantangan namun juga penuh
makna. Saya sangat meyakini, tanpa dorongan dan langkah konkret dari KH. Achmad
Hasan, mungkin jalan hidup kami tidak akan seperti sekarang. Di sinilah letak
makna sejati seorang guru—bukan hanya mendidik dengan kata-kata, melainkan
membimbing dengan tindakan nyata.
Kedekatan
kami tidak berhenti di ruang kelas atau di momen seleksi masuk MAPK saja.
Ketika saya sudah menempuh pendidikan di MAPK Jember, saat liburan tiba, saya
sering menyempatkan diri sowan ke ndalem beliau. Ngobrol-ngobrol santai,
menimba nasihat, kadang sekadar bertukar cerita tentang sekolah dan cita-cita.
Dari perbincangan-perbincangan sederhana itu, saya belajar banyak tentang
konsistensi, kesabaran, dan pentingnya niat lurus dalam berjuang di jalan ilmu
dan dakwah.
Tahun
2023, ketika KH. Achmad Hasan dipercaya sebagai Rois Syuriyah PCNU Kabupaten
Jombang, hubungan kami kembali dipertautkan dalam ruang tanggung jawab yang
lebih besar. Di tengah proses penataan dan penguatan kelembagaan NU, beliau
secara langsung meminta saya untuk bersedia menjadi Ketua LAZISNU PCNU Jombang.
Sebuah amanah besar yang awalnya saya ragukan, namun akhirnya saya emban dengan
segenap ikhtiar dan keikhlasan, karena saya tahu siapa yang memintanya: guru
saya, KH. Achmad Hasan.
Permintaan
beliau bukan sekadar perintah struktural, melainkan bentuk kepercayaan dan
harapan agar saya bisa mengembangkan peran di tengah masyarakat, memanfaatkan
potensi untuk kemaslahatan. Dengan semangat itu pula saya membangun berbagai
program di LAZISNU, menjalin kolaborasi lintas lembaga, dan memperluas gerakan
filantropi berbasis keummatan.
Salah
satu media yang kemudian saya kembangkan sebagai bagian dari gerakan dakwah dan
pendidikan adalah portal online www.pakgurunine.com.
Portal ini lahir dari keinginan sederhana: menjadikan ruang digital sebagai
tempat belajar, berbagi inspirasi, serta mencatat berbagai aksi kebaikan dan
kemaslahatan yang kami lakukan, baik di sekolah maupun dalam kiprah organisasi
sosial-keagamaan. Kini, portal ini telah genap berusia satu tahun.
Menariknya,
dalam momentum HUT ke-1 portal ini, KH. Achmad Hasan kembali hadir dalam bentuk
apresiasi yang penuh kebanggaan. Beliau menyampaikan secara langsung rasa
bahagianya melihat perkembangan media ini. Bagi beliau, apa yang saya lakukan
bukan hanya bagian dari aktivitas pribadi, tetapi bagian dari warisan
nilai-nilai pendidikan yang pernah beliau tanamkan: menulis, menyebarkan kebaikan,
dan mendidik umat dengan jalan yang bijak dan beradab.
Dari
kisah ini, kita dapat menarik satu benang merah yang penting: betapa besarnya
pengaruh seorang guru dalam membentuk perjalanan hidup muridnya. Guru bukan
sekadar pengajar, tetapi penanam nilai, pembuka jalan, dan penuntun arah.
Ketika seorang murid tumbuh menjadi pribadi yang berdaya dan memberi manfaat
luas, sejatinya itu adalah buah dari benih kebaikan yang ditanam gurunya sejak
lama.
Lebih
dari itu, kisah ini juga mengajarkan kita bahwa media, jika dikelola dengan
visi yang benar, bisa menjadi bagian dari gerakan dakwah dan pendidikan yang
transformatif. Dalam dunia yang semakin digital, media seperti pakgurunine.com
bukan hanya menjadi ruang ekspresi, tetapi juga ruang edukasi dan pemberdayaan.
Apresiasi dari tokoh sekaliber KH. Achmad Hasan menunjukkan bahwa media ini
berada di jalan yang tepat.
Akhirnya, saya ingin menegaskan bahwa tidak ada perjuangan yang berdiri sendiri. Di balik setiap langkah maju yang kita ambil, ada sosok-sosok guru, pembimbing, dan panutan yang mendoakan dan menuntun dari belakang layar. KH. Achmad Hasan adalah sosok seperti itu bagi saya—seorang guru yang tulus, istiqamah, dan visioner. Terima kasih, kyai, atas segala bimbingan dan kepercayaan. Semoga setiap langkah kecil yang kami lakukan hari ini menjadi bagian dari jejak panjang perjuangan yang pernah panjenengan titipkan.[pgn]
0 Komentar