![]() |
Kolase foto-foto ini menandai momentum awal Taliya Kayana mengukir prestasi dalam suatu kejuaraan setelah sekian tahun berusaha dalam berbagai event. |
[Pacarpeluk, Pak Guru NINE] - Sebuah perjalanan panjang menuju puncak prestasi tidak selalu dimulai dengan gemilang. Bagi Taliya Kayana, seorang siswi yang bersekolah di SD Islam Roushon Fikr, awalnya adalah langkah-langkah kecil dalam berbagai perlombaan yang diikutinya. Meski belum pernah meraih juara, semangatnya tidak pernah surut. Hal ini menjadi modal berharga bagi perjalanan prestasinya di masa depan.
Motivasi Taliya untuk meraih prestasi muncul dari
keberuntungan yang dirasakannya melalui kakaknya, Caraka Shankara. Kakaknya
yang mahir dalam seni bela diri Pencak Silat seringkali meraih juara dalam
berbagai lomba. Piala-piala juara yang menghiasi rumah keluarga menjadi
pemandangan yang menginspirasi Taliya untuk mengukir prestasi serupa.
Namun, awalnya, perjalanan Taliya belum terlalu
mencolok. Baru setelah memasuki SMPN 3 Peterongan, Taliya mulai menorehkan
prestasinya yang pertama. Sebuah lomba baca puisi yang diselenggarakan oleh
Jawa Pos Radar Jombang menjadi titik balik bagi Taliya. Ia berhasil meraih
juara 1 dalam lomba ini, membuka lembaran baru dalam buku prestasinya.
Prestasi Taliya dalam lomba baca puisi tidak hanya
sekadar keberuntungan semata. Bakat dan dedikasi yang ia tanamkan dalam seni
sastra mulai terlihat. Taliya bukan hanya sekadar peserta lomba, tapi ia
menampilkan kepiawaian dan keindahan dalam membacakan puisi. Hal ini tidak
hanya membuatnya dikenal di lingkungan sekolahnya tetapi juga di pondok
pesantren tempatnya menuntut ilmu.
Seiring berjalannya waktu, prestasi Taliya semakin
bersinar. Pada peringatan hari Santri 2023, sekolahnya memberinya tanggung
jawab untuk mengikuti lomba baca puisi di Pondok Pesantren Darul Ulum
Peterongan. Taliya tidak mengecewakan harapan sekolahnya, meraih juara 2 dalam
lomba tersebut. Ini merupakan pencapaian yang tidak hanya membanggakan Taliya
sendiri, tetapi juga sekolah dan pondok pesantren yang mendukungnya.
Keberhasilan Taliya tidak berhenti di situ. Sekolahnya
kembali mempercayakan Taliya sebagai delegasi dalam lomba baca puisi jawa
(Geguritan). Dengan kepiawaian bahasa Jawa yang dimilikinya, Taliya kembali
meraih juara 2. Prestasi ini semakin menegaskan bahwa bakatnya dalam seni
sastra, khususnya membaca puisi, bukanlah sekadar keberuntungan sesaat,
melainkan hasil dari kerja keras dan dedikasinya.
Pencapaian gemilang Taliya tidak hanya diabadikan
dalam lembar-lembar buku penghargaan. Sebagai pengingat dan bentuk apresiasi
terhadap perjalanan prestasinya, orang tuanya membuat kolase foto-foto Taliya
ketika pertama kali meraih juara dalam lomba baca puisi. Kolase ini kemudian
dicetak dan dibingkai, menjadi saksi bisu kebangkitan seorang Taliya Kayana
yang semula hanya seorang peserta lomba menjadi juara yang diakui.
Piala-piala, sertifikat-sertifikat, dan foto-foto
dalam kolase menjadi bukti konkret bahwa perjalanan Taliya adalah sebuah kisah
inspiratif. Baginya, keberhasilan bukan hanya sebatas mendapatkan sebuah
penghargaan, tetapi lebih dari itu, merupakan wujud dari kerja keras,
ketekunan, dan cinta pada seni sastra. Pencapaian ini juga menjadi motivasi
bagi siswa-siswi lain di sekolah dan pondok pesantren untuk mengejar mimpi dan
mengasah bakat masing-masing.
Prestasi dalam seni puisi yang diraih oleh Taliya
Kayana bukan hanya kebanggaan pribadi atau keluarga, tetapi juga kebanggaan
bagi sekolah dan pondok pesantren tempatnya belajar. Keberhasilan Taliya
menunjukkan bahwa setiap individu memiliki potensi dan bakat yang dapat diungkapkan
melalui berbagai bentuk seni. Taliya menjadi inspirasi bahwa melalui usaha dan
semangat, kita bisa mencapai puncak prestasi, meski awalnya harus melalui
berbagai rintangan dan tantangan.
Sebagai seorang santri yang berbakat dalam seni
sastra, Taliya Kayana membuktikan bahwa pendidikan di pondok pesantren tidak
hanya melibatkan aspek keagamaan, tetapi juga memberikan ruang bagi
pengembangan bakat dan minat. Keberhasilannya dalam lomba baca puisi menjadi
cermin bahwa pondok pesantren mampu mencetak individu yang tidak hanya berilmu
agama tetapi juga memiliki keterampilan dan keahlian di bidang lain.
Kisah sukses Taliya Kayana menjadi satu contoh bahwa
prestasi bukanlah hak eksklusif bagi mereka yang sudah memiliki dasar awal yang
kuat. Dengan semangat, kerja keras, dan tekad yang bulat, setiap individu mampu
meraih prestasi gemilang. Perjalanan usaha Taliya mengajarkan kepada kita bahwa
setiap langkah kecil dalam perjalanan hidup memiliki arti dan dapat membawa
kita menuju tujuan yang lebih besar. [pgn]
0 Komentar