![]() |
Flyer ini dibuat sebagai salah satu ikhtiar memotivasi murid-murid SMAN 2 Jombang untuk terus berprestasi. |
[Jombang, Pak Guru NINE] - Dalam perjalanan hidup
kita, ada saja momen-momen ketika seseorang yang belum kita kenal secara
langsung dapat menginspirasi dan membuka wawasan baru. Itulah yang saya alami
saat pertama kali mendengar nama Yon Machmudi. Saya memang belum pernah bertemu
langsung dengannya. Saya juga belum mengenal sosoknya secara pribadi. Namun,
perkenalan ini datang dari sosok yang tak asing bagi saya, KH.
Muhammad Afifuddin Dimyathy atau yang lebih akrab dengan sapaan Gus Awis.
Semua bermula dari keinginan saya untuk mengadakan
acara Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dengan cara yang berbeda.
Biasanya, peringatan hari besar Islam dikemas dalam bentuk pengajian umum.
Namun, kali ini, saya ingin menawarkan sebuah kemasan acara dalam bentuk seminar
ilmiah. Saya ingin memberikan pemahaman mendalam kepada murid-murid tentang
sejarah dan kawasan penting dalam Islam, seperti Arab/Makkah (Masjidil Haram)
dan Palestina (Masjidil Aqsha). Pembahasan tentang kawasan ini sering kali
didominasi oleh pendekatan ideologis. Saya ingin murid-murid mendapatkan
pemahaman yang lebih objektif dari perspektif sejarah dan geopolitik.
Ide ini saya lontarkan dalam grup WhatsApp NU Jombang
yang saya ikuti. Responsnya pun datang dari Gus Awis, yang juga anggota grup
tersebut. Melalui pesan pribadi, Gus Awis merekomendasikan Yon Machmudi sebagai
pembicara. "Dia alumnus SMAN 2 Jombang. Sekarang ia menjabat sebagai Ketua
Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam di Sekolah Kajian Stratejik dan
Global dari Universitas Indonesia," tulis Gus Awis dalam chat WA-nya.
Informasi ini membuat saya semakin tertarik.
Ternyata, Pak Yon Machmudi sering ke Jombang karena salah satu anaknya mondok
di Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang. Kesempatan ini tentu sangat
berharga bagi saya untuk menghadirkan beliau di SMAN 2 Jombang, almamaternya,
pada waktu yang tepat suatu saat nanti, jika gagasan saya ini bisa diterima
oleh pemangku kebijakan di SMAN 2 Jombang.
Beberapa hari yang lalu, saya mendapat kabar
menggembirakan. Yon Machmudi, Ph.D. berhasil meraih gelar akademik Profesor
dalam bidang Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia. Prestasi ini telah disahkan
dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan Riset dan Teknologi Republik Indonesia
nomor 48501/M/07/2024 tanggal 6 Mei 2024. Sebagai guru di SMAN 2 Jombang, saya
merasa sangat bangga. Saya segera menyebarkan kabar gembira ini kepada
murid-murid saya di sekolah. Saya ingin memotivasi mereka agar ada di antara
mereka yang kelak menekuni dunia akademik, sehingga tidak semuanya harus
menjadi teknokrat.
Kebetulan, kemarin saya menonton Metro TV dan
melihat Prof. Yon Machmudi menjadi narasumber. Beliau dimintai tanggapan
tentang wafatnya Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal akibat kecelakaan
helikopter. Melihatnya di layar kaca, saya merasa seperti mendapatkan
konfirmasi langsung tentang kredibilitas dan keahliannya.
Setelah saya selidiki lebih lanjut, ternyata Prof.
Yon Machmudi adalah kakak ipar Gus Awis. Beliau adalah suami Neng Soraya
Dimyathi, yang merupakan kakak kandung Gus Awis. Koneksi ini semakin memperkuat
keinginan saya untuk menghadirkan beliau ke acara di sekolah.
Gagasan saya untuk mengadakan seminar ilmiah dalam
rangka Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW semakin mantap dengan adanya
sosok seperti Prof. Yon Machmudi. Beliau tidak hanya memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang sejarah dan geopolitik Timur Tengah, tetapi juga memiliki
keterikatan emosional dengan SMAN 2 Jombang. Hal ini tentu akan memberikan
dampak positif bagi murid-murid kami. Mereka akan melihat contoh nyata dari
seorang alumnus yang sukses di dunia akademik, yang mungkin bisa menginspirasi
mereka untuk mengikuti jejak yang sama.
Sebagai penutup, saya ingin menekankan bahwa
perubahan dalam cara kita mengemas acara-acara peringatan keagamaan bisa
memberikan dampak yang signifikan. Dengan mengundang pembicara seperti Prof.
Yon Machmudi, kita tidak hanya memperingati peristiwa besar dalam sejarah Islam,
tetapi juga membekali murid-murid dengan pengetahuan yang berharga. Pengetahuan
ini akan membantu mereka memahami dunia dengan cara yang lebih objektif dan
kritis. Ini adalah langkah kecil, tetapi bisa menjadi awal dari perubahan besar
dalam cara kita mendidik generasi penerus.[pgn]
2 Komentar
Membaca tulisan Pak Guru Nine, sungguh menarik. Pantulan akan kualitas diri, menjadi hal yg saya baca, dari cara Beliau, menulis dan membagi kisah. Tidak sekedar itu......cara Beliau keluar dari kebekuan di lingkungannya, patut diapresiasi. Salam hormat.
BalasHapusHehehe. Matur nuwun. Ini hanya tulisan catatan ringan Pak Guru yang tidak bisa menulis yang berat-berat.
Hapus