Mochammad Afifuddin: Dari Imam Bonjol Kaliwates ke Imam Bonjol Menteng

 

Pak Guru NINE bersama Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A, Dr. Ririn Eva Hidayati, S.Pd. M.Si, dan Hasyirun Ni'am, SE. M.Si saat berkunjung ke kantor Mochammad Afifuddin.

[Jombang, Pak Guru NINE] - Mochammad Afifuddin, atau yang akrab dipanggil Afif, adalah sosok yang telah saya kenal sejak masa remaja. Kami pernah belajar bersama di MAPK-MAKN Jember dari tahun 1995 hingga 1998 dan tinggal di asrama yang terletak di Jalan Imam Bonjol, Kaliwates, Jember. Afif dan saya adalah bagian dari angkatan Santri Kaliwates yang kesembilan, kumpulan murid-murid terpilih yang lolos seleksi ketat untuk belajar di madrasah ini.

Afif berasal dari Desa Pejangkungan, Prambon, Sidoarjo. Rumahnya bersebelahan dengan Masjid Jami’ Al-Ihsan. Di kampungnya, ia lebih akrab dengan panggilan "Iput." 

“Kalau main ke rumahku, jangan sebut Afif sebab orang-orang memanggilku Iput”, kata Afif memberi pesan kepada kami yang mau ke rumah kasepuhannya untuk berreuni. Meskipun latar belakang kami berbeda, kami sering mengunjungi rumah satu sama lain selama liburan sekolah, sehingga saya cukup mengenal keluarganya.

Saat di asrama, Afif memanggil saya dengan sebutan "Mbah Adien", mungkin karena saya sering dimintai nasihat dan menjadi tempat curhat bagi teman-teman. Kami sering berkunjung ke rumah Afif saat liburan sekolah, sebuah kebiasaan yang mempererat hubungan kami.

Selama di MAPK-MAKN Jember, Afif menunjukkan jiwa kepemimpinan yang menonjol. Ia dipercaya menjadi ketua asrama, melanjutkan kepemimpinan M. Imron (angkatan 8). Gaya kepemimpinannya saat itu sangat khas santri dengan nuansa tasawuf. Ibadah ritualnya terjaga dengan baik, termasuk tilawah Al-Quran, shalat malam, dan puasa sunnah Senin-Kamis. Postur tubuhnya yang agak kurus mencerminkan kehidupan santri yang penuh dengan tirakat.

Dalam kepengurusannya, saya diamanahi sebagai koordinator seksi-seksi, mungkin semacam Menteri Koordinator dalam kabinet pemerintahan. Asrama kami terdiri dari dua barak. Saya berada dalam satu barak dengan Afif. Ranjang tidur (sariir) Afif berada di atas M. Khoiron (dari Mojosari). Kalau tidak salah, Afif dan Khoiron memang berasal dari MTs yang sama, sehingga mereka tampak sering runtang-runtung saat pertama kali masuk MAPK-MAKN Jember.

Di ranjang inilah saya melihat Afif sering nderes tilawah Al-Quran setelah mengerjakan shalat fardhu. Meski suara musik cadas Metallica yang dimainkan Hasyirun Ni’am, Nur El Fathi dan Muklisina Lahudin dari sebuah tape recorder sering terdengar dari barak sebelah, kami tetap bisa belajar dan mengaji seperti biasa. Selain musik cadas, di barak itu juga ada Asyim (dari Pamekasan) yang gemar memutar kencang musik dan lagu dangdut, bahkan juga menyanyikannya dengan suaranya yang keras.

Di luar asrama, Afif menjadi anggota IPNU Komisariat Besar Imam Bonjol yang saya pimpin. Kami sering berkegiatan di kantor PCNU Jember yang tak jauh dari asrama. Saya tidak ingat apakah Afif menjadi peserta atau panitia dalam Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA) yang kami selenggarakan saat itu dan diketuai oleh Saru Arifin (dari Bangkalan). Namun, saya yakin Afif terlibat aktif dalam beberapa kegiatan organisasi ini.

Soal asmara, saya tidak banyak tahu siapa yang menjadi incaran hati Afif saat di MAN 1 Jember. Afif yang sangat nyantri tampaknya tidak memiliki teman dekat khusus dari kalangan murid putri MAN 1 Jember. Yang saya ingat, ia sering berkomunikasi dengan seorang murid putri dari MAKN Malang bernama panggilan Evi. Saat itu, kami memang sering berkomunikasi dengan mereka. Maklum, kami yang ada di Jember, semuanya adalah putra, sedangkan mereka yang ada di Malang semuanya adalah putri. Kadang-kadang kami pun berkunjung ke asrama MAKN Malang untuk bertemu dengan idaman hati.

Setelah lulus dari MAPK-MAKN Jember, kami melanjutkan pendidikan di tempat yang berbeda. Saya melanjutkan di Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sementara Afif melanjutkan di Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin, IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta. Di Ciputat, Afif menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam gaya kepemimpinannya. Pengaruh pergaulan dengan para aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di kampusnya membuat gaya kepemimpinan dan komunikasinya semakin kokoh dan progresif.

Saat kami berreuini di rumah saya (di Pacarpeluk), saya menangkap pesan bahwa gaya kepemimpinan dan komunikasi Afif sudah tidak seperti saat di asrama dulu. Dengan gaya itu, saya menduga kuat bahwa Afif akan menjadi The Rising Star dalam kepempimpinan Nasional. Karirnya pun mulai menanjak saat ia menjadi Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR). Dugaan saya terhadap kemampuannya terbukti benar. Dari JPPR, Afif kemudian diterima sebagai Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Saat berpamitan pulang, setelah berreuni di rumah saya, kami berangkulan. Saya membisikkan kalimat, "Fif, semoga pean berhati-hati dan selalu dalam lindungan Allah SWT." Secara spontan pesan ini saya sampaikan, karena saat itu sedang ramai pemberitaan kasus yang menjerat Anas Urbaningrum, ketua umum Partai Demokrat. 

Setelah menyelesaikan jabatannya di Bawaslu, Afif berkompetisi lagi dan akhirnya terpilih menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia. Karirnya terus menanjak hingga ia berkantor di Jalan Imam Bonjol 29, Menteng, Jakarta Pusat. Kini, atas takdir Allah SWT, Afif diamanahi sebagai Plt Ketua KPU RI setelah Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) memutuskan untuk memberhentikan tetap Hasyim Asy'ari dari jabatannya.

Perjalanan karir Afif yang dimulai dari Imam Bonjol Kaliwates hingga Imam Bonjol Menteng adalah cerminan dari kerja keras, dedikasi, dan keteguhan dalam menjalani setiap amanah yang diberikan. Ia tetaplah seorang santri dengan gaya kepemimpinan yang berkembang, mencerminkan transformasi dari masa remaja yang penuh dengan nuansa tasawuf hingga menjadi pemimpin nasional yang visioner dan progresif.

Afif adalah contoh nyata bagaimana nilai-nilai santri bisa berkembang dan bersinergi dengan dinamika kepemimpinan modern. Transformasi dirinya dari santri Kaliwates menjadi Plt Ketua KPU RI adalah perjalanan inspiratif yang patut dicontoh. Melalui berbagai peran dan tanggung jawab yang diemban, Afif terus menunjukkan integritas dan komitmen untuk memperkuat demokrasi di Indonesia. Karirnya yang cemerlang adalah bukti bahwa dedikasi dan kerja keras dalam mengejar tujuan mulia akan selalu membuahkan hasil yang gemilang.

Dalam pandangan saya, Afif tetaplah seorang santri meskipun dengan gaya yang berbeda dari sebelumnya, apalagi memang dia adalah Santri Kaliwates angkatan 9. Ia telah menjadi figur yang dihormati dan diakui di tingkat nasional. Perjalanan karirnya yang berawal dari Jalan Imam Bonjol di Kaliwates dan kini berlanjut di Jalan Imam Bonjol di Menteng adalah bukti dari dedikasi dan komitmen yang luar biasa. Afif adalah sosok yang pantas dijadikan teladan bagi generasi muda, terutama bagi mereka yang bercita-cita untuk berkontribusi dalam memperkuat demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik di Indonesia.

Sebagai Plt Ketua KPU RI, tantangan yang dihadapi Afif tentu tidaklah ringan. Ia harus memastikan bahwa pemilu berjalan dengan adil, jujur, dan transparan. Namun, dengan latar belakang dan pengalaman yang dimilikinya, saya yakin Afif akan mampu menjalankan tugas ini dengan baik. Ia adalah sosok yang memiliki visi, integritas, dan kemampuan untuk memimpin KPU RI menuju proses demokrasi yang lebih baik dan lebih kuat. Saya tetap berdoa semoga Allah SWT melindunginya sehingga ia bisa amanah dalam menjalankan tugas dan tahan dari segala godaan. 

Melihat perjalanan hidup dan karir Afif, saya merasa bangga pernah mengenalnya. Dari masa-masa di asrama MAPK-MAKN Jember hingga kini menjadi Plt Ketua KPU RI, Afif telah menunjukkan bahwa dengan dedikasi, kerja keras, dan komitmen, segala impian bisa tercapai. Perjalanan karirnya adalah inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik dalam setiap peran yang kita emban.[pgn]

Posting Komentar

0 Komentar