Momentum Wacana Bawana Merintis Prestasi

 

Wacana Bawana, pegang bass rebana, dan tim berpose sebelum berangkat ke lokasi lomba.


[Jombang, Pak Guru NINE] -Di sudut rumah kami, deretan piala yang berkilau menjadi saksi bisu dari perjuangan dan pencapaian anak-anak kami. Koleksi ini diawali oleh Caraka Shankara, anak pertama kami, yang meraih berbagai gelar juara di kejuaraan Pencak Silat. Piala-piala ini dengan bangga menghiasi etalase almari di ruang tengah rumah kami. Tak lama setelahnya, koleksi ini diperluas oleh Taliya Kayana, anak kedua kami, yang memenangkan beberapa kejuaraan Lomba Baca Puisi. Piala-piala itu bahkan meluber hingga keluar dari almari, menjadi pemandangan sehari-hari yang menginspirasi seluruh keluarga, terutama Wacana Bawana, anak ketiga kami.

Setiap hari, Wacana Bawana memperhatikan deretan piala-piala itu dengan penuh kekaguman. Ia terlihat begitu ingin merasakan sensasi yang sama seperti kedua kakaknya: berdiri di panggung dengan piala di tangan, simbol dari pengakuan atas prestasinya. Namun, keberanian untuk maju dan berkompetisi masih menjadi tantangan besar baginya. Nyali Wacana Bawana belum cukup kuat untuk terjun dalam kompetisi prestatif. Ia lebih nyaman berpartisipasi dalam lomba-lomba rekreatif seperti lomba 17 Agustus atau kegiatan outbond yang lebih berfokus pada kekompakan dan kegembiraan daripada persaingan.

Setelah sekian lama hanya menjadi pengamat, kesempatan emas akhirnya datang kepada Wacana Bawana. Ia terpilih untuk bergabung dalam tim Shalawat Rebana Albanjari mewakili SD Islam Roushon Fikr dalam lomba yang diselenggarakan oleh KKG PAI Kecamatan Jombang. Dalam tim ini, Wacana Bawana diberikan peran sebagai penabuh bass rebana. Meskipun ini adalah pengalaman pertama baginya, semangat Wacana Bawana sempat naik turun selama masa latihan intensif tiga pekan menjelang lomba. Ada saat-saat di mana ia merasa ragu, bahkan sempat ingin mundur karena tidak yakin dengan kemampuannya.

Sebagai orang tua, kami merasa penting untuk terus memberikan dukungan. Saya dan bunda Wacana Bawana bekerja keras memotivasinya untuk tidak menyerah. Kami berusaha meyakinkannya bahwa keberanian adalah kunci utama, dan tidak masalah jika hasilnya tidak sesuai harapan. Yang terpenting adalah keberanian untuk mencoba dan berpartisipasi.

Hari perlombaan tiba pada Selasa, 10 September 2024, bertempat di SDN Sengon. Tim delegasi SD Islam Roushon Fikr mendapat nomor urut tampil ke-40. Selama menunggu giliran, para guru pendamping tak henti-hentinya menyemangati anak-anak, termasuk Wacana Bawana, agar bisa tampil maksimal dan percaya diri. Maklum saja, ini adalah kali pertama bagi mereka mengikuti lomba Shalawat Rebana Albanjari. Rasa gugup dan canggung jelas terlihat, namun para pendamping terus mengingatkan mereka untuk tetap tenang dan menikmati penampilan.

Ketika giliran tim mereka tiba, Wacana Bawana dan rekan-rekannya pun naik ke panggung. Meski ada beberapa kesalahan dalam pukulan ritmis rebana dan sedikit kekeliruan dalam bacaan lirik shalawat, mereka tetap tampil dengan penuh semangat. Para guru pendamping terus memberikan apresiasi, menekankan bahwa yang terpenting adalah keberanian mereka untuk tampil dan belajar dari pengalaman ini. Ketika pengumuman juara diumumkan, tim mereka tidak masuk dalam tiga besar, namun masih mendapatkan apresiasi sebagai juara harapan 3.



Rasa bangga dan kegembiraan terpancar jelas di wajah Wacana Bawana. Meskipun hanya meraih juara harapan 3, pencapaian ini memiliki arti yang sangat besar baginya. Mimpi Wacana Bawana untuk memiliki piala sendiri kini menjadi kenyataan. Guru pembimbingnya berjanji akan menggandakan piala tersebut agar setiap anggota tim dapat membawanya pulang dan menyimpannya di rumah masing-masing. Bagi Wacana Bawana, piala ini bukan sekadar benda penghias almari, tetapi simbol keberanian dan langkah pertama dalam merintis prestasi non-akademik.

Sepanjang hari itu, Wacana Bawana terlihat begitu bersemangat. Raut wajahnya memancarkan kegembiraan dan kepuasan. Bahasa tubuhnya mengabarkan kegembiraan yang besar, memberikan sinyal bahwa ia kini lebih siap untuk mengeksplorasi potensinya lebih jauh lagi. Ia menyadari bahwa prestasi tidak harus selalu datang dalam bentuk akademik, tetapi juga bisa diraih melalui kegiatan yang ia sukai, seperti Shalawat Rebana Albanjari.

Pengalaman pertama ini menjadi titik balik bagi Wacana Bawana. Ia kini lebih termotivasi untuk mengikuti kompetisi berikutnya jika ada kesempatan. Kami sebagai orang tuanya merasa bangga melihat perkembangan Wacana Bawana yang mulai berani menghadapi tantangan dan percaya pada dirinya sendiri. Koleksi piala di rumah kami mungkin bertambah satu lagi, namun yang jauh lebih berharga adalah pelajaran tentang keberanian, ketekunan, dan pentingnya dukungan keluarga dalam meraih mimpi dan mengukir prestasi.[pgn]

Posting Komentar

0 Komentar