Menanam Benih Cinta Sastra

 

Caraka Shankara saat kelas IV SD Islam Roushon Fikr berhasil meraih juara 2 Lomba Baca Puisi.

[Jombang, Pak Guru NINE] - Literasi, terutama sastra, telah menjadi bagian dari hidup saya sejak usia muda. Meskipun saya tidak pernah merasa menjadi seorang ahli, kecintaan terhadap dunia ini begitu kuat tertanam, membentuk pandangan saya terhadap kehidupan. Ketika belajar di MTsN Tambakberas antara tahun 1992 hingga 1995, saya menemukan kebahagiaan sederhana saat cerita pendek pertama saya, Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama, diterbitkan di majalah dinding madrasah. Momen ini menandai awal perjalanan saya dalam sastra.

Berlanjut di MAPK-MAKN Jember, kecintaan saya terhadap sastra semakin mendalam. Di sana, saya pernah menulis naskah drama yang dipentaskan dalam acara Pementasan Apresiasi Seni sebagai tugas dari guru seni kami, Pak Heni. Selain itu, saya sering menulis dan membacakan puisi, merasakan kepuasan yang datang dari menghidupkan kata-kata di atas panggung. Momen-momen tersebut memperkuat keyakinan saya bahwa sastra memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, baik sebagai pencipta maupun penikmat.

Ketika melanjutkan studi di IAIN Sunan Kalijaga, kesempatan lebih besar terbuka. Bergabung dengan komunitas seniman dan sastrawan Fakultas Adab, saya bertemu banyak penyair berbakat dan menikmati pertunjukan puisi di Yogyakarta. Pengalaman ini memperluas wawasan saya tentang dunia sastra. Meski tidak berprofesi sebagai sastrawan, saya menikmati peran sebagai penonton, pembaca, dan sesekali penulis.

Sekembalinya ke Jombang, saya tetap aktif menulis puisi dan menghadiri berbagai acara sastra. Ketika membangun keluarga, saya bercita-cita menanamkan apresiasi sastra kepada anak-anak kami. Harapan itu saya wujudkan bahkan sejak memilih nama mereka, yang sarat dengan makna literasi dan seni.

Caraka Shankara: Langkah Awal Berprestasi

Anak pertama kami, Caraka Shankara, adalah penerima pertama benih cinta sastra yang saya tanamkan. Sejak kecil, saya sering membacakan puisi dengan suara lantang di hadapannya. Saya ingin ia tidak hanya mendengar kata-kata, tetapi juga merasakan emosi dan keindahan yang terkandung di dalamnya.

Saat Caraka duduk di kelas 4 SD Islam Roushon Fikr, ia memberanikan diri mengikuti lomba baca puisi di sekolah. Saya pun melatihnya membaca puisi. Penampilannya memukau, dan ia berhasil meraih juara 2. Kemenangan ini membawa kebahagiaan luar biasa bagi kami. Piala yang ia bawa pulang menjadi simbol awal dari potensinya dalam bidang sastra.

Namun, minat Caraka beralih saat ia memasuki kelas 5. Ia jatuh cinta pada olahraga bela diri, khususnya pencak silat. Fokusnya berubah, dan dunia sastra perlahan-lahan tergeser oleh latihan fisik dan kompetisi olahraga. Meskipun begitu, saya percaya pengalaman awalnya dalam sastra akan tetap menjadi bagian penting dari dirinya.

Taliya Kayana: Proses Panjang Menuju Prestasi

Kesuksesan Caraka memberikan dorongan besar bagi adiknya, Taliya Kayana. Ia sangat ingin meraih prestasi serupa, namun jalan yang dilaluinya tidak mudah. Saya ingat saat-saat kami berlatih bersama di rumah. Taliya sering frustrasi karena merasa penampilannya belum cukup baik. Ia menangis, bahkan menjerit, karena tekadnya untuk tampil memukau sering kali berbenturan dengan ketidaksiapannya.

Selama di SD Islam Roushon Fikr, Taliya belum pernah berhasil meraih juara dalam lomba puisi dalam perlombaan lainnya. Namun, semangatnya tidak padam. Saat melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Peterongan dan mondok di Hidayatul Quran, Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, ia mendapatkan kesempatan baru. Pada tahun 2023, Taliya berhasil memenangkan lomba baca puisi Piala Kajari Jombang yang diselenggarakan oleh Jawa Pos Radar Jombang, meraih juara 1. Ini adalah pencapaian besar yang mengokohkan langkahnya di dunia sastra.

Wacana Bawana: Menunggu Memontum Prestasi

Anak ketiga kami, Wacana Bawana, juga saya kenalkan dengan dunia puisi. Saya menggunakan metode yang sama seperti pada kakak-kakaknya: membacakan puisi lantang, melatihnya berorasi, dan memberinya kesempatan untuk tampil. Ketika ia mengikuti lomba orasi di SD Islam Roushon Fikr, hasilnya belum sesuai harapan. Namun, saya yakin setiap proses ini adalah investasi.

Hingga saat ini, Wacana belum meraih prestasi di bidang sastra, namun ia mulai merintis prestasi seni dalam grup penabuh rebana albanjary. Namun, bagi saya, tujuan utamanya bukanlah piala atau pengakuan, melainkan menanamkan kepercayaan diri dan keberanian untuk mengekspresikan diri melalui seni. Saya percaya, suatu hari nanti, benih yang telah ditanam akan tumbuh dan memberikan manfaat baginya.

Lebih dari Sekadar Prestasi

Bagi saya, mengenalkan literasi sastra kepada anak-anak lebih dari sekadar mengejar prestasi. Sastra adalah cara untuk memahami dunia, menyampaikan perasaan, dan menghargai keindahan kata-kata. Membacakan puisi, menulis cerita, atau sekadar menikmati pertunjukan seni adalah cara kami menjelajahi emosi dan pemikiran manusia.

Setiap anak memiliki perjalanan uniknya sendiri. Caraka mungkin lebih memilih jalur olahraga, namun pengalaman masa kecilnya dengan puisi tetap menjadi bagian dari dirinya. Taliya telah menemukan pijakan kuat di dunia sastra, sementara Wacana sedang dalam proses memahami dan menemukan potensinya.

Saya percaya, apa pun yang mereka lakukan di masa depan, pengenalan sastra ini akan menjadi bekal berharga. Sastra mengajarkan mereka untuk berani, kreatif, dan reflektif—kualitas yang penting dalam kehidupan.

Harapan Masa Depan

Jika suatu saat Caraka memutuskan untuk kembali ke dunia puisi, saya yakin ia akan menemukan jalannya. Taliya, dengan prestasi yang telah diraihnya, memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Dan Wacana, dengan semua yang telah ia pelajari, pasti akan menemukan cara untuk memanfaatkan pengalaman ini.

Sebagai orang tua, saya hanya berusaha menanam benih yang terbaik. Sastra telah memberi saya banyak pelajaran hidup, dan saya berharap dapat mewariskan cinta ini kepada anak-anak kami. Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang memahami dunia dan diri sendiri dengan cara yang lebih mendalam. Saya yakin, meski perjalanan setiap anak berbeda, mereka semua akan menemukan makna dan manfaat dari apa yang telah saya tanamkan.[pgn]

Posting Komentar

0 Komentar