![]() |
Tema peringatan102 Harlah NU: "Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat" |
[Jombang,
Pak Guru NINE] – Senin malam, 27 Januari 2025, suasana khidmat menyelimuti
Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang dalam resepsi peringatan ke-102 Hari Lahir
Nahdlatul Ulama (NU) dan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Dalam acara tersebut,
Rois PCNU Jombang, KH Ahmad Hasan, menyampaikan pidato penuh makna yang
menginspirasi hadirin untuk terus bergerak dan berkontribusi demi kemajuan umat
dan bangsa.
Mengawali
sambutannya, KH Ahmad Hasan mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah bersama-sama menyukseskan peringatan Harlah NU dan Isra' Mi'raj. Beliau
juga mengenang keikutsertaannya dalam peringatan ke-102 Harlah NU yang
diselenggarakan oleh PWNU Jawa Timur di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton,
Probolinggo. Dari forum itulah, beliau kemudian menukil dawuh dari KH Zulfa
Mustofa, Ketua PBNU, yang mengajak seluruh warga NU untuk bergerak serentak
dengan penuh keikhlasan.
KH
Ahmad Hasan menyampaikan pentingnya gerakan atau "harakah" dalam
kehidupan. Beliau mengutip kalimat penuh hikmah dari KH Zulfa Mustofa itu, “Man
laa harakata lahu falaa agenda lahu. Wa man laa agenda lahu falaa rukyata lahu.
Wa man laa rukyata lahu falaa hayaata lahu.” Terjemah bebasnya adalah
sebagai berikut, “siapa yang tidak memiliki pergerakan atau aktivitas, maka dia
tidak memiliki agenda. Tanpa agenda, tidak ada visi-misi. Dan tanpa visi-misi,
tidak ada eksistensi.” Dalam penjelasannya, KH Ahmad Hasan menegaskan bahwa
kehidupan tanpa progres akan berjalan di tempat. Oleh karena itu, setiap
individu harus memiliki harakah untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Beliau
juga mengingatkan bahwa visi dan misi seorang Muslim telah jelas, sebagaimana
termaktub dalam firman Allah: "alladzi khalaqal mauta wal hayaata liyabluwakum
ayyukum ahsanu amala" (Dia yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk
menguji siapa di antara kalian yang paling baik amalnya). Dalam hal ini, KH
Ahmad Hasan menganalogikan sifat-sifat Allah, seperti qudrat (kekuatan), iradat
(kehendak), ilmu (pengetahuan), dan hayat (kehidupan), sebagai pedoman bagi
manusia. Manusia yang menjadi penggerak perubahan harus memiliki sifat-sifat
tersebut untuk mewujudkan agenda dan visi hidupnya.
KH
Ahmad Hasan kemudian menukil nasihat Wakil Rois Aam PBNU, KH Anwar Iskandar, mengenai
agenda besar NU yang terdiri atas tiga poin utama. Pertama adalah Riayatud
Diin, menjaga agama. Dalam hal ini, shalat berjamaah menjadi prioritas utama,
karena ia merupakan sumber energi batin umat Islam. Nabi Muhammad SAW sendiri
memulai dakwahnya dengan membangun masjid Quba’ dan masjid Nabawi sebagai pusat
aktivitas keagamaan, khususnya shalat lima waktu dengan berjamaah. Kedua adalah
Riayatud Daulah, menjaga negara. NU memiliki peran penting dalam memastikan
keutuhan dan stabilitas bangsa. Ketiga adalah Riayatud Naas, menjaga manusia.
Dalam poin ini, NU berkomitmen untuk menjaga perdamaian dunia melalui bimbingan
para ulama yang menekankan pentingnya ibadah shalat.
KH
Ahmad Hasan mengakhiri sambutannya dengan pesan mendalam agar seluruh warga NU
tetap konsisten menjalankan tiga agenda utama tersebut dengan penuh keikhlasan
dan kesungguhan. Beliau meyakini bahwa melalui langkah-langkah tersebut, NU
akan terus menjadi kekuatan yang tidak hanya menjaga agama, tetapi juga
memberikan kontribusi nyata bagi negara dan kemanusiaan. Sambutan beliau menjadi
pengingat bagi seluruh hadirin bahwa perjuangan harus dilandasi dengan gerakan,
agenda, visi, dan misi yang jelas demi kehidupan yang lebih bermakna dan
berdaya guna.
Pidato KH Ahmad Hasan pada acara itu meninggalkan kesan mendalam bagi para hadirin. Pesannya tidak hanya relevan bagi warga NU, tetapi juga bagi seluruh umat Islam untuk terus bergerak, berbuat, dan memberikan manfaat bagi sesama dalam kerangka visi Islam yang rahmatan lil ‘alamin.[pgn]
0 Komentar