Corona Hilang, Tafsir Al-Bayân Datang

Kitab tafsir al-Bayân fî Ma‘rifat Ma‘ânî al-Qur’ân karya Dr. K.H. Shodiq Hamzah Usman pengasuh pondok pesantren Pesantren Asshodiqiyyah. 

[Jombang, Pak Guru NINE] - Jombang, kota yang dikenal sebagai pusat peradaban pesantren di Nusantara, kembali bergeliat dengan keilmuan. Pada Sabtu, 18 Januari 2025, Aula Kantor Pusat Lantai 2 Pondok Pesantren Darul Ulum menjadi saksi berlangsungnya Pekan Ngaji Tafsir Nusantara. Kegiatan ini menjadi istimewa dengan hadirnya Dr. K.H. Shodiq Hamzah Usman, pengasuh Pondok Pesantren Asshodiqiyyah, Kota Semarang, yang mengaji kitab karyanya sendiri, al-Bayân fî Ma‘rifat Ma‘ânî al-Qur’ân.

Kitab tafsir al-Bayân ini ditulis oleh Kiai Shodiq dalam kondisi yang sangat unik. Beliau mengungkapkan bahwa kitab ini lahir di tengah suasana pandemi Covid-19, masa yang penuh keterbatasan, namun berhasil dimanfaatkan secara produktif. “Subuh, kitab yang saya tulis ini selesai. Alhamdulillah, PPKM dicabut oleh pemerintah dan dinyatakan hari ini sudah tidak ada Corona,” ujarnya di sela-sela pembukaan pengajian. Dengan gaya santai dan penuh kelakar, beliau menambahkan, “Berkah menulis Tafsir Al-Bayan, Corona hilang. Jadi kalau Al-Bayan ini tidak saya khatamkan, mungkin ya Corona terus!”

Di hadapan peserta yang memadati aula, Kiai Shodiq berbagi cerita tentang proses kreatif penulisan kitab tafsir ini. Selama dua tahun pandemi, ia memanfaatkan waktu pagi selepas Subuh untuk menulis. “Setiap selesai Subuh, pintu rumah saya tutup, tamu tidak ada, saya kemudian menulis terus sampai jam 10 pagi. Saya menulis dengan tulisan tangan, setelah jadi, anak-anak pesantren yang saya suruh mengetiknya,” tuturnya. Usaha keras tersebut membuahkan hasil berupa sebuah tafsir yang tidak hanya mendalam tetapi juga mudah dipahami masyarakat. Dengan menggunakan bahasa Jawa Pegon yang “lurus-lurus”, tafsir ini menjadi jembatan bagi umat untuk mendalami makna Al-Qur'an dengan lebih dekat.

Pada hari pertama pengajian, Kiai Shodiq membuka kajian dengan surat An-Nashr. Melalui penjelasan sistematikanya, beliau menyoroti keistimewaan tafsir al-Bayân yang memuat lima elemen utama: nama surat, tempat turunnya surat, sebab penamaan surat, jumlah ayat hingga huruf, serta fadhilah membacanya. Penjelasan yang detail ini diiringi dengan pembacaan arti per kata, memberikan peserta pemahaman yang mendalam terhadap makna Al-Qur'an.

Suasana aula terasa khas dengan nuansa kekhusyukan dan canda ceria para santri dan peserta pengajian. Kehadiran Kiai Shodiq tidak hanya menjadi momen untuk menimba ilmu, tetapi juga menjadi inspirasi bagi para santri untuk terus berkarya dalam keterbatasan. Sebagaimana diungkapkan oleh Gus Awis, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, “Pengajian ini bukan hanya tentang membaca kitab, tetapi juga menghidupkan tradisi keilmuan yang menjadi warisan pesantren.”

Pekan Ngaji Tafsir Nusantara ini diharapkan menjadi ajang pembelajaran sekaligus penyambung tradisi tafsir di kalangan pesantren. Kitab al-Bayân yang lahir dari tangan seorang ulama produktif di masa pandemi menjadi bukti bahwa keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk berkarya. Sebaliknya, itu adalah peluang untuk menghadirkan kontribusi nyata bagi umat.

Dengan semangat keilmuan seperti ini, pesantren bukan hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga pusat kreativitas dan inovasi yang terus relevan dengan kebutuhan zaman. Tafsir al-Bayân adalah salah satu wujudnya, sebuah karya yang menyatukan tradisi dan kebutuhan masyarakat kontemporer. [pgn]




Posting Komentar

0 Komentar