![]() |
Saksikan video travelling podcast Pak Guru NINE dengan Schatzi Setya R.I dengan mengklik tautan ini! |
[Jombang, Pak Guru
NINE] - Pagi itu, Rumah Jamur
yang terletak manis di depan ruang
guru SMAN 2 Jombang
terasa lebih hidup. Angin berembus pelan, bunyi langkah kaki
para murid yang sedang berlalu lalang
bercampur dengan tawa kecil yang lepas dari balik layar podcast. Bukan podcast
biasa, ini adalah episode khusus Travelling Podcast bersama Pak Guru
NINE—sosok guru PAI sekaligus kreator konten inspiratif yang selalu punya cara
unik mendekatkan dunia pendidikan dengan kehidupan nyata siswa.
Kali ini, kursi tamu ditempati oleh
seorang remaja berbakat yang belakangan ini jadi buah bibir sekolah: Schatzi
Setya Ridho Illahi, siswa kelas XI-4 yang sukses menorehkan prestasi di
cabang olahraga sepatu roda, dari tingkat provinsi hingga nasional. Dengan
seragam putih-abu dan senyum malu-malu, Schatzi menjawab satu per satu
pertanyaan dari Pak Guru NINE.
"Sepatu roda itu cinta pertama,
ya?" tanya Pak Guru NINE sambil tertawa. Schatzi ikut tertawa kecil. “Iya,
Pak. Dulu iseng nyoba, terus malah jadi nggak bisa lepas.”
Remaja kelahiran Jombang, 8 Juli 2008
ini memang tak seperti kebanyakan siswa lain. Sementara yang lain
berlomba-lomba di bidang akademik, Schatzi memilih jalur berbeda. Ia menemukan
dirinya di arena sepatu roda. Di lintasan yang panas, di antara peluh dan luka
jatuh, ia justru merasa paling hidup. “Di situ aku bisa jadi diri sendiri. Bisa
ngebut, jatuh, bangkit lagi, terus ngebut lagi,” katanya penuh semangat.
Pak Guru NINE, yang memang piawai
mencairkan suasana, membimbing obrolan ke hal yang lebih dalam. Ia bertanya
tentang keluarga, tentang masa kecil, hingga tentang motivasi terbesar. Schatzi
menjelaskan, ayahnya—Pak Dafid Ferdiawan—seorang pekerja proyek, dan ibunya—Bu
Atik Suparmiati—adalah ibu rumah tangga yang selalu mendukung dari balik layar.
“Mereka nggak pernah paksa aku jadi apa-apa. Tapi waktu aku bilang pengin
serius di sepatu roda, mereka langsung dukung,” ujarnya.
Tak banyak yang tahu, Schatzi diterima
di SMAN 2 Jombang melalui jalur prestasi. Dari sederet sertifikat kejuaraan,
perjuangannya membuahkan tiket emas untuk masuk ke sekolah impiannya. “Kadang
orang nggak percaya, olahraga kayak sepatu roda bisa bawa aku sejauh ini,”
ucapnya pelan. Tapi nyatanya, dari sebuah hobi yang dianggap ‘biasa’, Schatzi
kini tengah bersiap untuk mewakili Kabupaten Jombang dalam Pekan Olahraga
Provinsi Jawa Timur di Malang, Juli 2025 mendatang.
Lalu, apa mimpinya ke depan? “Aku
pengin kuliah di jurusan Ilmu Olahraga atau Pendidikan Olahraga di PTN,”
jawabnya mantap. “Biar bisa terus berkembang di bidang yang aku suka dan bisa
jadi pelatih atau guru olahraga suatu saat nanti.”
Podcast ini bukan sekadar ajang ngobrol
santai. Ia menjadi ruang pembuktian bahwa setiap anak punya jalan prestasinya
sendiri. Tak harus selalu ranking satu atau menang olimpiade. Kadang, justru di
balik hobi sederhana yang dijalani dengan sepenuh hati, lahirlah prestasi luar
biasa.
Menutup sesi, Pak Guru NINE memberikan
panggung pada Schatzi untuk berbagi pesan bagi teman-temannya. Dengan suara
lirih tapi penuh makna, ia berkata, “Nggak usah minder kalau punya minat yang
beda. Yang penting, tekuni sampai orang lain bisa lihat kalau kamu serius.
Jangan tunggu dianggap hebat dulu, baru mulai berjuang. Justru karena kamu
berjuang, kamu akan jadi hebat.”
Podcast ditutup, namun semangat Schatzi terus mengalir. Ia memang belum sampai garis akhir, tapi satu hal pasti: ia sudah melaju bersama mimpinya.Siapa tahu, dari arena sepatu roda, kelak ia meluncur ke podium-podium kehormatan—bukan hanya sebagai atlet, tapi sebagai inspirasi bagi generasi muda lainnya.[pgn]
0 Komentar