Harmonisasi Budaya dalam Festival Kampung Pecinan Jombang

 

Saya menulis artikel ini karena pengalaman subyektif, yaitu sejak saya belum lahir, Bapak saya telah berinteraksi harmonis dalam hubungan kerja dengan warga suku Tionghoa hingga sekarang.


[Jombang, Pak Guru NINE] - Langkah Pemerintah Kabupaten Jombang untuk menggelar "Festival Kampung Pecinan Jombang 2025" patut diapresiasi. Festival yang akan berlangsung pada 13-15 Februari 2025 di sepanjang Jalan Buya Hamka ini bukan sekadar perayaan Tahun Baru Imlek, tetapi juga upaya memupuk toleransi dan persaudaraan di tengah keberagaman masyarakat Jombang.

Festival ini mencerminkan visi untuk mengharmonisasi beragam budaya dalam ruang publik. Dengan beragam kegiatan, seperti bazar, pertunjukan barongsai, wayang potehi, dan taichi, acara ini menjadi sarana mengenalkan seni dan tradisi Tionghoa kepada masyarakat luas. Bahkan, lomba menyanyi lagu Mandarin menambah warna keberagaman seni yang dihormati dan dirayakan bersama.

Pemilihan Jalan Buya Hamka sebagai lokasi juga sangat strategis, mengingat kawasan ini memiliki nilai sejarah penting dalam perkembangan komunitas pecinan di Jombang. Melalui festival ini, sejarah tersebut dihidupkan kembali, sekaligus memberikan ruang bagi masyarakat Tionghoa untuk merayakan identitas budaya mereka.

Salah satu hal yang menarik dari festival ini adalah perpaduan tradisi Tionghoa dengan budaya lokal Jombang. Sebagai contoh, warga Tionghoa yang melakukan ziarah ke makam Gus Dur menjadi simbol harmoni lintas agama. Ini mengingatkan kita akan semangat pluralisme yang diwariskan oleh tokoh besar tersebut. Keharmonisan ini menunjukkan bahwa budaya dapat menjadi jembatan untuk saling menghormati.

Dampak Positif

Tidak hanya membawa suasana semarak, festival ini tentu juga akan memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Dari segi ekonomi, keterlibatan UMKM dalam bazar memberikan peluang besar bagi pelaku usaha lokal untuk memasarkan produk mereka. Aneka kuliner, kerajinan tangan, dan produk lokal lainnya tentu akan menjadi daya tarik yang meningkatkan perekonomian daerah.

Dari sisi sosial, acara ini menjadi ruang bagi warga Jombang untuk berinteraksi lebih dekat dengan komunitas Tionghoa. Interaksi semacam ini dapat mempererat hubungan sosial dan menciptakan suasana hidup berdampingan yang lebih harmonis.

Saran

Agar festival ini berjalan lancar, perlu ada beberapa langkah yang diperhatikan:

1.  Penataan Lokasi dan Lalu Lintas: Karena berlangsung di pusat kota, koordinasi dengan pihak terkait sangat penting untuk menghindari kemacetan.

2.  Fasilitas Pendukung: Penyediaan area parkir, toilet, dan tempat istirahat akan sangat membantu kenyamanan pengunjung.

3.  Sosialisasi yang Intensif: Informasi tentang festival harus disebarluaskan melalui berbagai media agar menjangkau masyarakat luas, termasuk wisatawan dari luar daerah.

Harapan

"Festival Kampung Pecinan Jombang 2025" diharapkan tidak hanya menjadi perayaan budaya, tetapi juga agenda tahunan yang membawa Jombang ke panggung nasional sebagai kota yang menjunjung tinggi nilai keberagaman. Acara ini juga dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk menggelar program serupa yang memperkuat kerukunan antarumat beragama.

Dengan persiapan yang matang dan dukungan dari masyarakat, festival ini memiliki potensi besar untuk menjadi ikon baru di Jombang. Semoga acara ini berjalan sukses dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Mari rayakan keberagaman dengan semangat toleransi dan persaudaraan! [pgn]

Posting Komentar

0 Komentar