Rapor yang Berbicara: Mengubah Formalitas Menjadi Makna

 

Wacana Bawana mempresentasikan karyanya di hadapan Sang Ayah.

[Jombang, Pak Guru NINE] - Setiap akhir semester, penerimaan rapor menjadi momen yang dinanti oleh murid dan orang tua. Biasanya, acara ini berlangsung secara formal dengan wali kelas menyerahkan rapor kepada wali murid. Namun, pengalaman berbeda saya alami ketika menghadiri undangan penerimaan rapor hasil belajar anak ketiga kami, Wacana Bawana, yang duduk di kelas IV SD Islam Roushon Fikr Jombang. Pada semester ganjil tahun pelajaran 2024/2025, sekolah menerapkan format baru dalam penyerahan rapor, yakni dengan melibatkan murid dalam presentasi karya mereka sebelum menerima rapor.

Presentasi Karya atau Kompetensi

Dalam acara tersebut, setelah Ustadzah Risma, wali kelas Wacana, memberikan pengantar, beliau kemudian mempersilakan Wacana untuk mempresentasikan karya dan kompetensinya di hadapan saya. Wacana memilih untuk menyajikan proyek seni budaya yang terintegrasi dengan mata pelajaran IPS dan PPKn. Ia menampilkan kerajinan tangan berupa miniatur pakaian adat Sumatera Barat serta gambar yang dibuat dengan teknik tertentu.

Bagi saya, pendekatan ini sangat menarik karena memberikan kesempatan bagi murid untuk berkomunikasi di depan publik. Hal ini tidak hanya memperkuat pemahaman mereka terhadap materi, tetapi juga melatih keterampilan berbicara dan percaya diri. Selain itu, presentasi ini membuka ruang bagi interaksi lebih dalam antara murid, guru, dan orang tua mengenai proses belajar yang telah dilalui.

Sebagai seorang guru, saya tidak melewatkan kesempatan ini hanya dengan menyaksikan dan mendengarkan. Saya turut mengajak Wacana berdiskusi mengenai teknik yang digunakan dalam membuat karyanya, serta menanyakan apa yang ia pelajari selama proses tersebut. Dengan cara ini, penerimaan rapor menjadi lebih dari sekadar formalitas, tetapi juga momen refleksi dan apresiasi terhadap usaha belajar anak.

Menjadi Momen Bermakna

Dengan penerapan model ini, penerimaan rapor tidak lagi menjadi sekadar seremonial penyerahan dokumen hasil belajar, tetapi lebih dari itu, menjadi ajang refleksi, apresiasi, dan motivasi bagi murid. Melalui presentasi karya, murid memiliki kesempatan untuk menunjukkan pemahaman dan keterampilannya secara nyata, orang tua dapat lebih terlibat dalam proses pendidikan anak, dan guru memperoleh wawasan yang lebih dalam terhadap perkembangan muridnya.

Ke depan, pendekatan ini dapat terus dikembangkan dengan memperluas jenis proyek atau karya yang bisa ditampilkan, serta memastikan semua murid mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi. Dengan demikian, pendidikan bukan hanya tentang nilai di atas kertas, tetapi tentang bagaimana murid dapat mengembangkan potensi mereka dan mengomunikasikan pemahaman mereka dengan cara yang kreatif dan bermakna.

Berangkat dari pengalaman ini, saya tertarik merumuskan format penerimaan rapor berbasis presentasi sebagai berikut:

1.  Tahapan Kegiatan

·      Setiap murid menyajikan karya atau kompetensinya sebelum menerima rapor.

·      Karya yang ditampilkan bisa berupa proyek akademik, seni, atau keterampilan praktik.

·      Durasi presentasi singkat (3–5 menit per murid) untuk menjaga efektivitas acara.

 

2.  Jenis Karya atau Kompetensi yang Ditampilkan

·      Proyek akademik: Model sains, laporan penelitian, hasil eksperimen.

·      Karya seni atau keterampilan: Lukisan, puisi, cerpen, kerajinan tangan.

·      Demonstrasi keterampilan: Pidato bahasa asing, bermain alat musik, praktik matematika dalam kehidupan sehari-hari.

 

3.  Peran Wali Kelas

·      Membuka acara dan menjelaskan tujuan kegiatan.

·      Memberikan umpan balik singkat setelah setiap presentasi.

·      Menyerahkan buku rapor setelah presentasi sebagai bentuk penghargaan atas usaha murid.

 

4.  Peran Wali Murid

·      Menyaksikan dan mendukung presentasi anaknya.

·      Memberikan apresiasi atau komentar singkat.

·      Berdiskusi singkat dengan wali kelas jika diperlukan.

 

Manfaat Model Penerimaan Rapor Berbasis Presentasi

Pendekatan ini memberikan berbagai manfaat bagi murid, orang tua, dan guru, di antaranya:

1.  Meningkatkan Kepercayaan Diri Murid

Presentasi memberikan kesempatan bagi anak untuk berbicara di depan publik, yang membantu meningkatkan keterampilan komunikasi dan rasa percaya diri mereka.

 

2.  Orang Tua Lebih Memahami Proses Belajar Anak

Dengan melihat langsung hasil karya anaknya, orang tua dapat memahami perkembangan akademik dan keterampilan mereka lebih dari sekadar angka dalam rapor.

 

3.  Guru Mendapatkan Gambaran Lebih Luas

Pendekatan ini memungkinkan guru untuk melihat sejauh mana pemahaman dan kreativitas murid dalam menerapkan ilmu yang mereka pelajari.

 

4.  Meningkatkan Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Orang tua tidak hanya berperan sebagai penerima informasi, tetapi juga aktif dalam proses pendidikan anaknya dengan memberikan apresiasi dan dukungan secara langsung.

 

Pendidikan bukan hanya soal nilai dan angka, tetapi juga bagaimana proses belajar bisa membentuk karakter dan keterampilan murid secara holistik. Melalui metode penerimaan rapor berbasis presentasi karya, setiap murid memiliki kesempatan untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara yang lebih nyata. Semoga inovasi ini dapat terus diterapkan dan menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain dalam menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna.[pgn]


Saksikan Presentasi Wacana Bawana!

Posting Komentar

0 Komentar