Pleno Kenaikan Kelas: Antara Angka, Asa, dan Arti

 

Pemberian nilai harus mengandung kebijaksanaan dan keikhlasan. Di balik angka, ada manusia yang sedang tumbuh.

[Jombang, Pak Guru NINE] - Kamis, 12 Juni 2025, aula Ki Hajar Dewantara SMAN 2 Jombang terasa berbeda. Suasana tenang namun penuh makna menyelimuti ruang berarsitektur modern itu. Di sinilah Rapat Pleno Kenaikan Kelas Tahun Pelajaran 2024/2025 digelar. Sebuah forum penting yang bukan hanya membahas angka-angka rapor, tetapi juga menyuarakan nilai-nilai kebijaksanaan, keikhlasan, dan harapan.

Dipandu dengan hangat oleh Raden Abdul Gani sebagai pembawa acara, rapat dibuka dengan doa penuh kekhusyukan yang dipimpin M. Sulhan. Kepala SMAN 2 Jombang, Budiono, S.Pd. MM.Pd., dalam sambutannya menekankan bahwa proses kenaikan kelas tidak boleh semata-mata bersandar pada nilai kognitif. Ada dimensi lain yang tak kalah penting: karakter, kehadiran, dan partisipasi siswa dalam kehidupan sekolah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan sekolah tentang kriteria kenaikan kelas. “Pemberian nilai harus mengandung kebijaksanaan dan keikhlasan. Di balik angka, ada manusia yang sedang tumbuh,” pesannya menggetarkan.

Rapat dipandu dengan cermat oleh Konia Muryani. Satu per satu wali kelas menyampaikan laporan perkembangan siswa di kelasnya. Termasuk Nine Adien Maulana, wali kelas XI-4, yang mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa menunjukkan hasil belajar yang memuaskan. Namun, ia juga jujur menginformasikan bahwa ada satu siswa yang masih terkendala dan memerlukan pendampingan lebih lanjut. Pernyataan itu disampaikan bukan dengan keluhan, melainkan dengan harapan bahwa ruang pendidikan tak pernah tertutup bagi siapa pun yang ingin bertumbuh.

“Setiap anak punya ritmenya sendiri dalam belajar. Tugas kita bukan menyeragamkan, tapi memastikan mereka tetap berjalan ke arah yang benar,” ujar Nine, yang disambut anggukan setuju dari sesama guru.

Diskusi berlangsung dinamis. Para guru tak hanya bicara soal data, tapi juga mempertimbangkan latar belakang dan perkembangan emosional siswa. Tak ada keputusan instan. Semua diolah dalam suasana musyawarah, penuh tanggung jawab, dan rasa kepedulian mendalam.

Di akhir rapat yang ditutup menjelang siang, tak terdengar euforia, tapi ada kelegaan. Rapat ini bukan sekadar agenda tahunan, melainkan proses reflektif yang menguatkan kembali hakikat pendidikan: membentuk manusia seutuhnya. Bukan hanya yang cemerlang di atas kertas, tapi juga yang tangguh menghadapi kehidupan.

SMAN 2 Jombang kembali membuktikan, bahwa mendidik bukan hanya soal mengajar, tapi hadir—sepenuhnya—untuk anak-anak negeri ini.[pgn]

Posting Komentar

0 Komentar