Dari Niat Menuju Maslahat

 

Ini adalah tampilan sampul presentasi makalah saya dalam Seleksi Calon Anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang periode 2025-2030.

[Jombang, Pak Guru NINE] - Saya tak pernah merasa perlu menyembunyikan alasan-alasan manusiawi di balik setiap langkah besar yang saya ambil. Saat saya memutuskan mengikuti seleksi calon Kepala Sekolah maupun calon anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang, harapan akan manfaat ekonomi memang menjadi salah satu motivasinya. Bagi saya dan istri, ini adalah pilihan yang rasional dan logis. Kami sadar bahwa sebagai ASN guru, saya tidak memiliki sumber penghasilan tambahan selain dari gaji bulanan yang rutin. Sementara itu, kebutuhan hidup dalam rumah tangga—terutama untuk pendidikan anak-anak—semakin hari semakin meningkat.

Bukan itu saja. Saya juga masih memendam keinginan besar yang belum tercapai: melanjutkan studi ke jenjang doktoral (S3). Keinginan ini bukan sekadar ambisi pribadi, tapi juga cita-cita intelektual dan spiritual yang saya yakini akan memberi manfaat lebih luas jika terwujud. Maka, ketika peluang untuk mendaftar sebagai calon Kepala Sekolah dan calon pengurus Dewan Pendidikan terbuka, saya menyambutnya dengan penuh semangat. Saya melihat ini sebagai bagian dari ikhtiar hidup yang sah, sehat, dan bermartabat.

Saya pun serius mengikuti seleksi Kepala Sekolah, baik untuk tingkat SMA maupun Sekolah Rakyat. Namun, niat itu sempat terganjal oleh kenyataan pahit: beredar desas-desus yang tidak bisa dibuktikan secara impiris bahwa untuk dapat lolos dalam proses ini, seseorang harus siap mengeluarkan uang puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Jelas, saya tidak punya kemampuan keuangan untuk itu. Maka, sambil menunggu kepastian hasil seleksi yang hingga kini belum saya terima, saya tetap menjalani hidup dengan semangat seperti biasa: mengajar, berkhidmat di DP MUI Kabupaten Jombang, menulis blog, dan membuat konten media sosial yang edukatif.

Suatu hari, istri saya memberi tahu bahwa ada pembukaan seleksi calon anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang. Beliaulah yang mendorong saya untuk ikut serta. Saya pun mulai mencari tahu tentang seluk-beluk Dewan Pendidikan—termasuk apakah anggotanya menerima gaji. Ternyata, tidak. Saya menyampaikan hal ini kepada istri saya, dan meskipun sempat terkejut, ia menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada saya. Inilah bentuk kepercayaan yang membuat saya makin mantap melangkah.

Setelah merenung, saya putuskan untuk tetap mendaftar. Saya sudah terbiasa berhidmat dalam berbagai organisasi sosial kemasyarakatan yang nirlaba, bahkan seringkali turut membantu membiayainya secara mandiri. Maka saya pun meniatkan langkah ini bukan untuk mencari materi, melainkan untuk memperluas jangkauan manfaat, menambah silaturrahmi, dan membangun jaringan relasi yang bisa menjadi jalan rezeki dari arah yang tak terduga. Saya yakin, Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan niat yang baik.

Alhamdulillah, saya dinyatakan lolos seleksi administrasi. Sempat terjadi kesalahan ketik yang membuat nama saya tidak muncul dalam pengumuman awal, namun setelah diperbaiki oleh panitia, nama saya tertera di urutan ke-15. Saya pun dipanggil untuk mengikuti tahapan berikutnya: presentasi makalah dan wawancara, yang dijadwalkan berlangsung pada Ahad, 6 Juli 2025 di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang. Saya mendapat giliran di sesi pagi, mulai pukul 08.30 WIB.

Untuk tahap ini, saya mempersiapkan materi presentasi dengan sungguh-sungguh. Saya mengolah makalah yang telah saya kirim menjadi sebuah tayangan visual menggunakan aplikasi Canva agar lebih mudah diakses dan komunikatif. Ada empat gagasan pokok yang saya ajukan dalam presentasi tersebut:

1.    Revitalisasi Fungsi Advokasi & Representasi

Dewan Pendidikan tidak cukup hanya sebagai simbol, tetapi harus aktif dalam mengadvokasi kepentingan masyarakat dan menjadi jembatan representatif antara warga dan pemangku kebijakan.

2.    Kemitraan Strategis dengan Pesantren & Komunitas Digital

Mengingat Jombang adalah kota santri, maka sinergi dengan pesantren dan komunitas digital adalah langkah strategis untuk membangun ekosistem pendidikan yang lebih inklusif.

3.    Transformasi Literasi Digital

Dunia pendidikan hari ini tidak cukup hanya melek baca tulis, tetapi juga harus melek digital. Literasi digital perlu didorong mulai dari guru, siswa hingga orang tua.

4.    Pelibatan MGMP & Komunitas Guru dalam Kebijakan

Guru bukan hanya pelaksana kebijakan, tetapi harus dilibatkan sejak proses perumusan kebijakan agar lebih tepat sasaran dan kontekstual.

Saya tahu, dari 68 peserta yang mengikuti tahap presentasi dan wawancara, banyak di antaranya adalah tokoh-tokoh ternama yang direkomendasikan lembaga-lembaga besar. Kalau dibandingkan dengan mereka, peluang saya tentu sangat kecil. Tapi saya tidak gentar. Saya justru semakin bersemangat.

Mengapa? Karena saya yakin memiliki kekuatan yang barangkali tidak banyak dimiliki peserta lain. Saya memiliki kecakapan literasi yang mencakup literasi literal, verbal, dan digital. Saya terbiasa menulis, menyampaikan ide secara visual, dan mengelola media sosial secara konsisten. Semua itu saya jadikan sebagai modal berharga untuk menunjukkan bahwa saya punya kapasitas dan keunikan yang relevan dengan tantangan pendidikan hari ini.

Saya tidak semata-mata mengandalkan nama besar atau sokongan lembaga tertentu. Saya hanya mengandalkan integritas, pengalaman, dan komitmen pribadi untuk terus belajar dan berkontribusi. Saya percaya bahwa niat baik, jika disertai dengan usaha maksimal, pasti akan berbuah hasil terbaik. Kalau pun saya tidak lolos dalam seleksi ini, saya tidak akan kecewa. Saya percaya, Allah SWT selalu menempatkan kita di tempat terbaik menurut-Nya—bukan menurut keinginan kita.

Karena itu, saya melangkah dengan tenang. Saya menjalani proses ini bukan sekadar untuk “memenangkan posisi”, tetapi untuk merawat harapan, memperkuat ikhtiar, dan membuka jalan kebermanfaatan. Saya percaya, bila satu pintu tertutup, Allah akan membuka pintu lain yang lebih luas, indah, dan penuh berkah. Maka selama niatnya benar dan jalannya halal, ikhtiar akan selalu berbuah kebaikan—meskipun tidak selalu dalam bentuk yang kita harapkan.

Dan begitulah saya menjalani proses ini: dengan hati yang jujur, semangat yang utuh, dan harapan yang tak pernah padam.[pgn]

Posting Komentar

0 Komentar