![]() |
Di balik acara ini, tersimpan makna yang jauh lebih dalam. Guru PAI adalah ujung tombak yang menjaga moralitas, merawat kebhinekaan, dan membangun generasi berkarakter. |
[Jombang, Pak Guru
NINE] - Senin pagi, 25
Agustus 2025, ruang Bung Tomo Gedung Pemerintah Kabupaten Jombang akan dipenuhi
semangat yang berbeda. Ratusan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dari pelosok
Jombang datang berduyun-duyun. Mereka bukan sekadar menghadiri undangan,
melainkan menyatukan tekad dalam sebuah momen bersejarah: pelantikan Dewan
Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII)
Kabupaten Jombang masa khidmat 2025–2030.
Pelantikan ini bukan sekadar seremoni.
Ia adalah titik berangkat untuk meneguhkan kembali peran guru PAI di tengah
tantangan zaman. Ketua DPW AGPAII Jawa Timur, Dr. H. Mokh Fakhruddin
Siswopranoto, M.Pd.I., Ph.D., dijadwalkan hadir langsung untuk melantik dan
mengukuhkan pengurus baru. Kehadiran tokoh-tokoh penting daerah—mulai dari
Bupati, pejabat Kementerian Agama, hingga kepala dinas pendidikan—diharapkan menjadi bukti
bahwa eksistensi AGPAII semakin diakui dan diharapkan.
Di balik acara ini, tersimpan makna
yang jauh lebih dalam. Guru PAI adalah ujung tombak yang menjaga moralitas,
merawat kebhinekaan, dan membangun generasi berkarakter. Di era digital yang
serba cepat, saat anak-anak mudah terpapar derasnya informasi, peran guru agama
justru semakin strategis. Mereka tidak hanya dituntut mengajar, tetapi juga
membimbing, meneladani, dan menumbuhkan daya tahan moral peserta didik.
Kepengurusan baru AGPAII Jombang yang
dipimpin oleh M. Zainur Rofiq, M.Pd.I., bersama jajaran lengkap dari
sekretaris, bendahara, koordinator cabang, hingga seksi-seksi bidang, adalah
wujud keseriusan untuk bergerak lebih sistematis. Ada bidang seni dan budaya
yang siap menumbuhkan kreativitas, bidang hukum dan advokasi yang membela
hak-hak guru, hingga bidang teknologi dan komunikasi yang siap menjawab
tantangan era digital. Semua disusun bukan untuk sekadar struktur, tetapi
sebagai jembatan kerja nyata.
Mengapa momentum ini penting? Karena
pelantikan bukan hanya soal pergantian pengurus, melainkan panggilan untuk
bersatu. Selama ini, banyak guru PAI yang bekerja sendiri-sendiri di sekolah
masing-masing. Kini, melalui AGPAII, mereka memiliki rumah besar tempat
bertukar gagasan, memperkuat kompetensi, dan bersama-sama mengabdi untuk
pendidikan yang lebih bermartabat.
Pelantikan ini juga menjadi refleksi,
bahwa profesi guru PAI bukan sekadar rutinitas mengajar, tetapi misi peradaban.
Mereka membawa pesan rahmatan lil ‘alamin: menyebarkan nilai kedamaian, kasih
sayang, dan keadilan. Dari kelas-kelas sederhana di desa hingga sekolah modern
di kota, guru PAI adalah lentera yang menerangi jalan generasi muda.
Di ruang Bung Tomo nanti, ketika gema
takbir “Allahu Akbar” dilantunkan, ia bukan sekadar pekikan seremonial. Itu
adalah seruan pengabdian. Seruan untuk bekerja dengan hati, mengabdi tanpa
pamrih, dan berjuang demi anak-anak bangsa. Dari sana, AGPAII Jombang akan
melangkah dengan visi besar: profesional, bersatu, dan membawa rahmat bagi
semesta.
Maka, mari kita hadir dan menjadi
bagian dari sejarah ini. Hadir bukan sekadar sebagai penonton, tetapi sebagai
saksi dan pendukung lahirnya energi baru. Karena pelantikan hanyalah awal.
Setelahnya, pekerjaan besar menanti: mencerdaskan bangsa dengan cahaya iman,
menebar damai dengan keteladanan, dan mengokohkan martabat guru agama Islam di
tengah dinamika zaman.
Sejarah akan mencatat: di pagi Senin
itu, ratusan guru PAI Jombang pernah bersatu, meneguhkan langkah, dan menguatkan
pengabdian. Dari ruang Bung Tomo, cahaya itu akan menyebar ke seluruh pelosok
sekolah—menjadi inspirasi bagi anak-anak bangsa dan harapan bagi masa depan
Indonesia.[pgn]
0 Komentar