Kenangan Sekilas Bersama Pak Imron

NU CARE-LAZISNU menyampaikan ucapan belasungkawa atas wafatnya Pak Imron.

[Pacarpeluk, Pak Guru NINE] - Kehidupan ini seperti aliran sungai yang tak pernah berhenti mengalir. Di sepanjang perjalanan tersebut, kita bertemu dengan berbagai orang yang meninggalkan jejak dalam hidup kita. Salah satu orang yang meninggalkan jejak dalam perjalanan hidup saya adalah Pak Imron.

Saya pertama kali mengenal Pak Imron pada tahun 2003, saat saya menjadi guru dan wali kelas bagi Fahim Muhammad, atau yang akrab disapa Fafa, di SD Islam Roushon Fikr. Fafa adalah anak pertama dari Pak Imron dan Bu Nur Faizah. Dalam tiga tahun menjadi wali kelas Fafa, saya tidak hanya akrab dengan murid saya, tetapi juga dengan keluarganya, termasuk Pak Imron.

Fafa adalah murid yang aktif dan agak usil, namun memiliki kecerdasan bagus dan kemampuan akademik yang bagus juga. Hubungan kami tidak hanya sebatas guru dan murid, tetapi juga menjadi seperti hubungan dalam sebuah keluarga. Meskipun saya tidak mengajar Fadel Muhammad dan Fadiah, adik-adik Fafa yang juga belajar di sekolah yang sama, kami tetap memiliki hubungan yang akrab.

Pak Imron sendiri merupakan sosok yang ramah dan hangat. Komunikasi kami tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar lingkungan tersebut. Beberapa kali beliau dan keluarganya berkunjung ke rumah saya, dan saya pun pernah mengunjungi kantornya saat beliau bertugas di Litbang Bappeda Kabupaten Jombang.

Suatu ketika, saya mendaftarkan diri dalam Ajang Krenova tahun 2018 dengan mengangkat aksi khidmat pergerakan NU Pacarpeluk dalam pemberdayaan masyarakat. Pak Imron dan tim Bappeda bahkan sempat mengunjungi saya di rumah untuk melakukan penilaian. Meskipun saya hanya meraih juara harapan, kehadiran beliau memberi semangat dan dukungan yang besar bagi saya.

Tidak hanya dalam konteks profesional, Pak Imron juga terlibat dalam kegiatan sosial. Saat saya menggerakkan aksi filantropi melalui Gerakan Bahagia Bersama Tetangga di Pacarpeluk, beliau tidak segan untuk memberikan donasinya. Kami juga sempat berkomunikasi melalui WhatsApp ketika beliau mencari informasi tentang peluang SMAN 2 Jombang menerima mahasiswa PPL untuk putrinya, Fadiyah.

Pertemuan terakhir saya dengan Pak Imron adalah saat kami dilantik sebagai Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jombang. Kami duduk bersebelahan dan mengobrol ringan, saling bertukar kabar tentang keluarga masing-masing. Beliau menceritakan tentang Fafa yang telah ditugaskan di Kantor Perpajakan Pratama di Jombang, serta tentang Fadel yang melanjutkan studi S1 di bidang Pariwisata di Yogyakarta.

Kami juga terhubung dalam grup WhatsApp Alumni IPNU-IPPNU Jombang. Dua atau tiga hari sebelum kepergiannya, beliau menanyakan keberadaan seseorang dengan antusias, seperti ada hal penting yang ingin disampaikan. Namun, takdir berkata lain.

Pada hari Selasa, 24 April 2024, saya mendapat kabar bahwa Pak Imron dikabarkan pingsan di kantornya. Saya berharap itu hanya kabar burung, tetapi tak lama kemudian, kabar menyedihkan datang. Beliau telah meninggalkan kita untuk selamanya. Malam itu juga jenazahnya dimandikan, dishalati, dan dimakamkan dengan tulus doa-doa dari orang-orang yang mencintainya.

Saya tidak bisa datang bertakziyah pada malam itu karena sudah terlalu malam, tetapi pada pagi hari berikutnya, saya datang ke rumah duka untuk memberikan penghormatan terakhir. Bertemu dengan Bu Nur Faizah, Fafa, Fadel, Fadiyah, dan keluarga besar lainnya, membuat saya tersadar betapa besar pengaruh Pak Imron dalam hidup banyak orang.

Kepergian Pak Imron meninggalkan duka yang mendalam, khususnya bagi keluarganya. Semoga Allah SWT memberikan ketabahan kepada mereka dalam menghadapi kenyataan ketetapanNya. Semoga Almarhum mendapatkan tempat yang layak dan terbaik di sisi-Nya. Aamiin. [pgn]

Posting Komentar

0 Komentar