![]() |
Gambaran mewah suasana kamar santri saat berada dalam kamar. |
Karya : Taliya Kayana & Abacaraka*
Di
sudut sunyi pesantren nan damai,
Berdiri kamar sederhana, tanpa gemerlap lantai.
Dinding-dindingnya bukan dari marmer mewah,
Namun setiap retaknya menyimpan kisah.
Almari
kecil, saksi bisu kerendahan hati,
Di balik pintunya, tersimpan mimpi-mimpi.
Boks-boks tersusun laksana barisan prajurit,
Membawa barang dan menjaga semangat yang bangkit.
Matras-matras
terhampar di lantai kerinduan,
Tanpa ranjang, ia tetap memberi kehangatan.
Setiap pagi, ditumpuk dan disusun kembali,
Menyulap sempit menjadi ruang yang lapang dan berseri.
Namun
kamar ini lebih dari sekadar ruang,
Ia adalah panggung kecil kehidupan yang riang.
Di sini, tawa dan cerita melantun dalam irama,
Berbagi camilan kiriman, menenun tali persaudaraan bersama.
Kala
malam menyelubungi,
Kamar ini berubah menjadi tempat sunyi.
Di sudutnya, ada yang memeluk bantal penuh harap,
Memandang foto keluarga, merajut rindu yang melekat erat.
Suara
isakan halus kadang hadir,
Tapi tak pernah lama, karena teman selalu hadir.
Pelukan hangat dan bisikan penghibur,
Menghapus air mata, mengganti duka dengan syukur.
Saat
adzan memanggil dari kejauhan,
Kamar ini ditinggalkan dengan penuh keikhlasan.
Langkah para santri menuju shalat berjamaah,
Menghimpun pahala dalam ikatan ibadah.
Kamar
ini adalah sekolah tanpa papan tulis,
Tempat kemandirian diajarkan tanpa pamrih.
Ia mengajarkan bahwa kebahagiaan kecil,
Adalah hadiah indah yang sering kita alpa memilah.
Dalam
kesederhanaannya, kamar ini menyimpan cahaya,
Tempat jiwa-jiwa muda beranjak dewasa.
Ia merangkum rindu, tawa, dan duka,
Menjadi mozaik hidup yang tak ternilai harganya.
Oh,
kamar para penjaga mimpi,
Engkau bukan sekadar ruang berisi.
Di sana tumbuh keteguhan nurani,
Mencetak insan mulia, calon penjaga negeri.
Jombang, 27 November 2024
0 Komentar