![]() |
Sebuah esai analisis data murid-murid SMAN 2 Jombang yang diterima di PTN melalui jalur SNBT. |
[Jombang, Pak Guru NINE] - Tahun pelajaran 2024/2025 menjadi saksi bagi 345 murid saya kelas XII SMA Negeri 2 Jombang yang berhasil menuntaskan masa pendidikan menengah atasnya. Mereka tak hanya lulus secara administratif, tetapi juga melewati fase penting dalam hidup: beranjak dari remaja sekolah menjadi pribadi muda yang siap menapaki dunia baru. Di antara ratusan murid tersebut, terdapat 149 yang telah lebih dulu menorehkan prestasi istimewa, yakni diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui dua jalur seleksi nasional, yaitu Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) sebanyak 42 murid dan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNB) sebanyak 107 murid.
Sekilas,
ini adalah catatan membanggakan. Tapi mari kita gali lebih dalam: bukan hanya
tentang siapa yang berhasil, tapi bagaimana dan dari mana keberhasilan itu
datang. Di situlah letak makna sejati dari pendidikan: bukan sebatas angka,
melainkan kisah, perjuangan, dan pelajaran.
Melalui esai ini saya akan
berusaha menganalisis data 107 murid saya yang telah diterima di PTN melalui
jalur SBNT.
Ketika
Perempuan Bicara Lewat Prestasi
Dari
107 murid
yang diterima lewat jalur SNBT, 73 di antaranya adalah perempuan—angka yang
mencerminkan dominasi sebesar 68%. Ini bukan kebetulan. Ini adalah bukti. Bahwa
dalam keheningan kelas, di balik catatan dan tugas, para murid
perempuan telah
menjawab tantangan zaman dengan kerja keras dan konsistensi. Ketika dunia masih
sering memandang perempuan sebelah mata dalam bidang akademik, mereka hadir
dengan pencapaian konkret. Mereka menunjukkan bahwa belajar bukan tentang jenis
kelamin, melainkan tentang tekad dan ketekunan.
Tren
ini semestinya menjadi pemantik semangat, bukan hanya bagi murid perempuan lainnya, tetapi juga
bagi seluruh elemen pendidikan agar memberikan ruang yang adil, bukan hanya
sama.
Fakta
yang Menumbangkan Label
Ada
satu fakta yang menarik sekaligus menggugah: kelas XII-10, XII-5, dan XII-9
menjadi tiga besar penyumbang siswa terbanyak yang lolos SNBT. XII-10 bahkan
mencatat 18 murid,
paling banyak di antara semua kelas. Yang membuat ini semakin istimewa adalah
bahwa kelas-kelas tersebut sebelumnya tidak pernah dianggap kelas istimewa. Mereka tidak dikenal sebagai
sarang prestasi atau gudang nilai tinggi. Sebaliknya, dalam obrolan guru atau
persepsi murid
sendiri, mereka kerap dianggap “kelas biasa.”
Namun,
justru dari sanalah lahir kejutan yang luar biasa. Ini menampar cara lama kita
dalam menilai anak. Kita selama ini terlalu mudah memberi label. Murid yang aktif disebut cerdas.
Yang diam dianggap pasif. Kelas dengan nilai tinggi disebut istimewa, yang lain
dicap “kurang.” Padahal, proses belajar tidak selalu tampak di permukaan. Setiap
anak memiliki waktunya sendiri untuk bersinar.
Keberhasilan
kelas-kelas “biasa” ini adalah pesan kuat bagi para pendidik: jangan buru-buru
menilai. Jangan terlalu cepat melabeli. Mungkin mereka tidak bersinar saat
ulangan harian, tetapi mereka menyala ketika diberi tantangan sesungguhnya.
Mungkin mereka jarang bicara di kelas, tapi mereka berpikir dalam-dalam saat
semua orang tertidur.
Perguruan
Tinggi dan Program Studi: Antara Cita dan Realita
Dari
sisi pilihan kampus, UPN Veteran Jawa Timur menjadi tujuan terbanyak (13 murid), disusul oleh UNESA dan ITS (masing-masing 8 siswa), serta UNAIR (6 murid). Ini menunjukkan bahwa siswa kita tidak hanya terpaku pada kampus
“favorit nasional” semata, melainkan juga mempertimbangkan kesesuaian, peluang,
dan realitas persaingan. Ini adalah bentuk kematangan dalam membuat pilihan:
mengukur kemampuan diri, mengkaji peluang, dan memutuskan jalan yang realistis.
Begitu
pula dalam pilihan program studi. Akuntansi, Hukum, Ilmu Komunikasi, Teknik
Sipil, hingga Pendidikan Bahasa Jepang menjadi pilihan favorit. Ini menunjukkan
minat yang beragam dan menunjukkan bahwa anak-anak kita punya cara pandang luas
tentang masa depan. Tidak semua harus jadi dokter atau insinyur. Dunia berubah,
dan mereka melihat peluang dari berbagai sudut.
KIP-Kuliah:
Harapan yang Nyata
Dari
total murid yang diterima SNBT, 35 di antaranya adalah peserta KIP-Kuliah.
Artinya, sekitar sepertiga dari mereka berasal dari keluarga dengan keterbatasan
ekonomi. Tapi mereka membuktikan bahwa keterbatasan tidak selalu berarti
kekurangan. Dengan ketekunan dan akses beasiswa yang tepat, mereka bisa berdiri
sejajar dengan yang lain.
Kehadiran
KIP-Kuliah adalah bukti bahwa negara hadir untuk memberikan keadilan akses.
Namun, kerja rumah kita sebagai pendidik adalah membangun mental tangguh dan
optimis di kalangan siswa dari keluarga sederhana. Kita harus terus membisikkan
pesan: “Kamu bisa. Jalanmu mungkin berat, tapi bukan berarti buntu.”
Menggugat
Cara Pandang, Merayakan Proses
Dari
semua data yang tersaji, satu hal yang paling layak dirayakan bukanlah angka
itu sendiri, tapi makna yang tersembunyi di balik angka. Bahwa anak-anak bisa
melampaui label. Bahwa yang dianggap biasa ternyata luar biasa. Bahwa
keberhasilan bukan hak eksklusif kelas unggulan, tetapi milik siapa pun yang
bersungguh-sungguh dalam prosesnya.
Pendidikan
sejatinya bukan lomba siapa cepat, tapi perjalanan siapa tekun. Maka, mari kita
ubah paradigma: bukan siapa yang paling menonjol di awal, tapi siapa yang
paling gigih di sepanjang jalan. Karena pada akhirnya, hasil terbaik tidak
hanya dilihat dari siapa yang sampai duluan, tapi dari siapa yang sampai dengan
cara yang paling jujur, tekun, dan penuh makna.
Dan jika kita sebagai pendidik bisa menyadari hal itu, maka sesungguhnya kita telah ikut lulus; bukan dari sekolah, tapi dari penghakiman dan prasangka. [pgn]
Data Kuantitatif
Data
kuantitatif awal atas 107 murid SMA Negeri 2 Jombang yang diterima di
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur SNBT tahun 2025:
1. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin
- Perempuan: 73 murid
(±68%)
- Laki-laki: 34 murid
(±32%)
2. Distribusi Berdasarkan Kelas
- XII-10: 18 murid
- XII-5: 15 murid
- XII-9: 13 murid
- XII-1: 11 murid
- XII-3
& XII-7:
masing-masing 10 murid
- XII-8
& XII-6:
masing-masing 9 murid
- XII-4: 8 murid
- XII-2: 4 murid
3. Distribusi Berdasarkan Perguruan
Tinggi (10 besar)
- UPN
"Veteran" Jawa Timur 13
murid
- Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS):
8 murid
- Universitas
Negeri Surabaya (UNESA):
8 murid
- Universitas
Airlangga (UNAIR):
6 murid
- Universitas
Negeri Malang (UM):
5 murid
- Universitas
Jember:
4 murid
4. Distribusi Berdasarkan Program Studi
(10 besar)
- Akuntansi: 4 murid
- Teknik
Sipil, Teknik Telekomunikasi, Hukum, Ilmu Komunikasi, Ilmu Hukum: masing-masing 3
murid
- Pendidikan
Bahasa Jepang, Administrasi Publik, Akuntansi (kapitalisasi berbeda),
Hukum (kapitalisasi berbeda):
masing-masing 2 murid
5. Distribusi Berdasarkan Kepesertaan
KIP Kuliah
- Peserta
KIP:
35 murid
(±33%)
- Non-KIP: 72 murid
(±67%)
0 Komentar