MUI Jombang Gelar Pelatihan Bilal, Khotib dan Imam

 

Kolase dokumentasi pelaksanaan Pelatihan Bilal, Khotib dan Imam yang diselenggarakan oleh Komisi Dakwah DP MUI Kabupaten Jombang.

[Jombang, Pak Guru NINE] - Masjid Besar Nurul Hidayah, Ngusikan Keboan Jombangmenjadi saksi sebuah kegiatan dakwah yang penuh makna (Rabu, 20/8/2025). Komisi Dakwah Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (DP MUI) Kabupaten Jombang menyelenggarakan Pelatihan Bilal, Khotib, dan Imam yang diikuti oleh para pelajar SMA dan MA di wilayah sekitar. Kegiatan ini berlangsung sejak pukul 13.00 hingga 16.00 WIB, dan menghadirkan jajaran pengurus harian DP MUI, di antaranya H. Ilham Rohim selaku Sekretaris Umum, H. Harly Yusuf Wibisono sebagai Bendahara Umum, serta Nine Adien Maulana selaku Sekretaris.

Ketua Komisi Dakwah DP MUI Jombang, H. Didin A Sholahuddin, menjelaskan bahwa kegiatan ini lahir dari keprihatinan akan lambatnya regenerasi bilal, khotib, dan imam, padahal keberadaan mereka sangat dibutuhkan dalam ibadah sehari-hari umat Islam. Di kawasan terpencil dan wilayah industri, persoalan ini menjadi semakin nyata. Karena itu, melibatkan pelajar sebagai peserta utama adalah langkah strategis untuk menyiapkan generasi penerus yang mampu menjaga keberlangsungan ibadah dengan baik.

Dalam sambutannya, KH. Ilham Rohim menegaskan bahwa wilayah utara Jombang memang menjadi prioritas dakwah MUI pada tahun 2025. Ia menyampaikan bahwa selain pelatihan praktis semacam ini, MUI juga membuka peluang beasiswa Pendidikan Kader Ulama melalui kerja sama dengan UIN Sunan Ampel Surabaya. Harapannya, para pelajar tidak hanya mampu memimpin salat atau membaca tarqiyyah, tetapi juga berkembang menjadi ulama yang mumpuni. Menurutnya, meskipun materi pelatihan terlihat sederhana, ia justru sangat aplikatif dan dekat dengan kebutuhan umat, sehingga manfaatnya bisa langsung dirasakan.

Suasana pelatihan semakin hidup dengan kehadiran pemateri utama, H. Abd. Basit Misbachul Fitri, Sekretaris Komisi Dakwah yang juga seorang dosen dan muballigh aktif. Ia membimbing peserta dengan menguraikan dasar-dasar fiqh dan tradisi bilal yang memiliki akar kuat dalam literatur klasik Islam. Kutipan dari ulama besar seperti Syekh Syihabuddin al-Qalyubi dan Syekh Sulaiman al-Jamal memperkaya wawasan peserta. Dari penjelasan itu, mereka memahami bahwa keberadaan bilal bukan sekadar tradisi turun-temurun, tetapi bagian dari ikhtiar menjaga kekhidmatan khutbah dan shalat Jumat. Tugas bilal yang meliputi azan, tarqiyyah, doa di antara khutbah, hingga ikamah, dijelaskan secara sistematis agar para pelajar dapat menguasainya.

Pelatihan tidak berhenti pada teori. Sebelum masuk materi, seluruh peserta diwajibkan mengikuti pre-test bacaan al-Fatihah. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan kualitas bacaan imam yang akan memimpin shalat, sekaligus menjadi ajang pentashihan. Dari sini tampak kesungguhan MUI dalam membentuk generasi imam yang bukan hanya berani maju, tetapi juga memiliki bacaan Al-Qur’an yang sahih.

Pada sesi akhir, peserta diajak mempraktikkan gerakan shalat sesuai sunnah Rasulullah saw. Meski hanya satu rakaat dan langsung tasyahud akhir serta salam, praktik ini tetap dijalani dengan antusias. Raut wajah para pelajar mencerminkan semangat belajar yang tulus. Mereka tampak serius mengikuti arahan, seakan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari hari itu bukan sekadar ilmu tambahan, melainkan bekal untuk mengabdi kepada masyarakat.

Melihat antusiasme itu, H. Didin A Sholahuddin menyampaikan optimismenya. Ia menilai kegiatan semacam ini akan lebih bermanfaat bila bisa dibawa masuk ke sekolah-sekolah dengan melibatkan guru Pendidikan Agama Islam. Menurutnya, kolaborasi semacam itu akan memperluas jangkauan dakwah, sekaligus menanamkan kecintaan generasi muda pada peran-peran penting dalam ibadah jamaah.

Kegiatan di Masjid Besar Nurul Hidayah ini pada akhirnya bukan hanya sebuah pelatihan teknis, melainkan juga cerminan komitmen MUI Jombang untuk merawat tradisi dan menyiapkan masa depan umat. Bilal, khotib, dan imam bukan sekadar fungsi ritual, tetapi simbol keberlangsungan dakwah Islam yang membumi. Dari para pelajar yang hadir, lahirlah harapan baru: bahwa regenerasi pelayan umat akan terus berlanjut, dan suara azan, khutbah, serta bacaan imam tidak akan pernah sepi di masjid-masjid Jombang, bahkan di kawasan terpencil sekalipun.

Apa yang dilakukan MUI Jombang ini adalah investasi spiritual yang hasilnya mungkin tidak terlihat instan, tetapi dampaknya akan terasa dalam jangka panjang. Pelatihan sederhana itu sesungguhnya sedang menyiapkan pemimpin-pemimpin kecil bagi umat, yang kelak akan tumbuh menjadi penjaga tradisi, pembawa cahaya ilmu, dan penguat sendi kehidupan beragama masyarakat. Dengan semangat itu, kegiatan di Ngusikan tidak hanya menyisakan kenangan, tetapi juga meninggalkan jejak inspirasi bahwa dakwah yang menyentuh hati adalah dakwah yang membekali generasi.[pgn]

 

Baca juga!

Menjaga Ruang Publik dari Lirik Vulgar

Suara yang Menggetarkan Menjadi Regulasi yang Menentramkan

Posting Komentar

0 Komentar