[Jombang, Pak Guru NINE] – Dewan
Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (DP MUI) Kabupaten Jombang akan menggelar
rapat koordinasi internal pada Senin, 1 September 2025. Pertemuan yang
berlangsung di kantor MUI Jombang, kawasan Islamic Center belakang Masjid Agung
Jombang, ini mengundang seluruh pengurus dan ketua komisi.
Ketua Umum DP MUI Jombang, Dr. Muhammad
Afifuddin Dimyati, Lc., MA., menekankan bahwa forum ini penting untuk
menyatukan langkah menghadapi dinamika sosial terkini. “Acara ini menjadi forum
koordinasi untuk menyikapi kondisi yang membutuhkan kebijaksanaan bersama,”
tulisnya dalam surat edaran resmi.
Rapat ini merupakan tindak lanjut dari Seruan
MUI Provinsi Jawa Timur bernomor 03/DP-P/VIII/2025 yang dikeluarkan 31
Agustus 2025 di Surabaya. Seruan tersebut muncul dari keprihatinan atas
eskalasi aksi penyampaian aspirasi masyarakat di berbagai daerah dan sebagai
upaya menjaga stabilitas keamanan.
Dalam seruan yang ditandatangani KH.
Moh. Hasan Mutawakkil Alallah dan Prof. Akh. Muzakki itu, MUI Jawa Timur
menyampaikan enam poin. Antara lain doa belasungkawa untuk korban, ajakan agar
aspirasi disampaikan secara damai sesuai hukum, imbauan kepada aparat agar
mengedepankan pendekatan persuasif, serta seruan kepada masyarakat agar
menjauhi provokasi dan anarkisme. Seruan ini juga menekankan pentingnya
pemerintah mendengar rakyat secara bijak, serta instruksi agar pengurus MUI di
seluruh daerah aktif meredam ketegangan.
Menariknya, dalam menyikapi seruan
tersebut, KH. Muhammad Afifuddin Dimyathi, ketua umum DP MUI Jombang, menekankan prinsip: peringatan bagi pemimpin,
kasih sayang bagi masyarakat yang lemah (إنذارا
للرؤساء، ورحمةً بالضعفاء).
Artinya, MUI hadir bukan hanya untuk menasihati umat, tetapi juga mengingatkan
pemangku kebijakan agar tidak mengabaikan suara rakyat.
Atas dasar itu, MUI Jombang memilih
menekankan empat poin utama:
- Aspirasi
masyarakat hendaknya disampaikan secara damai dan tertib.
- Pemerintah harus
sungguh-sungguh mendengarkan rakyat secara adil dan konstitusional.
- Aparat diminta
mengedepankan kesabaran dan sikap humanis.
- Masyarakat
diajak menghindari provokasi serta anarkisme.
Sementara poin belasungkawa dan
instruksi internal akan lebih difokuskan untuk jajaran pengurus. Langkah
selektif ini agar pesan damai benar-benar sampai ke masyarakat luas, tanpa
kehilangan substansi moralnya.
Dalam konteks Jombang yang dikenal
sebagai kota santri dengan tradisi keilmuan kuat, sikap MUI ini memiliki arti
penting. Dengan pengaruh moral yang dimiliki, MUI Jombang diharapkan menjadi penyejuk
dan penengah antara masyarakat, aparat, dan pemerintah, sehingga potensi
ketegangan sosial dapat dicegah sejak dini.
Rapat koordinasi ini pun dimaknai bukan
sekadar rutinitas, melainkan bentuk tanggung jawab moral ulama terhadap umat.
MUI menegaskan bahwa perbedaan pandangan dalam masyarakat adalah hal wajar
dalam demokrasi, tetapi cara menyampaikannya harus santun dan tidak merugikan
pihak lain. Jalan terbaik adalah menyuarakan aspirasi dengan adab, mendengarkan
dengan bijak, serta bertindak penuh kasih sayang.
Seruan damai MUI Jombang sejalan dengan
ajaran Islam yang menempatkan keamanan, ketenangan, dan persaudaraan sebagai
kebutuhan bersama. Dengan komunikasi jernih dan sikap penuh hikmah, aspirasi
dapat tersalurkan, aparat bisa menjaga keamanan dengan empati, dan pemerintah
tetap adil dalam merespons rakyat.
Pertemuan yang akan berlangsung Senin siang ini diharapkan melahirkan langkah-langkah praktis untuk menenangkan masyarakat Jombang. Lebih jauh lagi, MUI Jombang ingin meneguhkan perannya sebagai penuntun moral dan jembatan persaudaraan, demi terciptanya kedamaian dan keutuhan bangsa di tengah dinamika sosial yang terus bergerak.[pgn]
0 Komentar