Gok Din itu Cak Zen

 

Nama lengkapnya adalah Akhmad Zainuddin, namun ia lebih sering mengenalkan diri dengan panggilan Guk Din.

Nama lengkapnya adalah Akhmad Zainuddin. Di kalangan para aktivis Nahdlatul Ulama (NU) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Jombang, ia lebih dikenal dengan panggilan Gok Din. Maklum, saat mengenalkan diri dengan publik, pimpinan PKBM Sanggar Belajar Yalatif ini lebih banyak sering mengenalkan diri dengan nama panggilan tersebut. Nama panggilan ini semakin popular, ketika aktivis pendidikan luar sekolah ini menjadi ketua LAZISNU PCNU Jombang.

Popularitas nama panggilan itu ternyata tidak berlaku di kampung halamannya, dusun Babatan RT 014 RW 007, Desa Kedawong, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Di sana ia lebih akrab dikenal dengan nama panggilan Cak Zain (Cak Zen). Setidak-tidaknya itulah yang saya alami saat pertama kali berkunjung ke rumahnya (Kamis, 22/6/2023).

“Ngapunten pak, pundi ndaleme Gok Dik”, tanya saya kepada seseorang yang berada di dekat rumah yang saya tuju.

Orang itu pun kemudian menjawab, “Ooo Cak Zen. Niku omahe Cak Zen.” Orang itu pun memberi tahu jika Cak Zen masih di Pendopo Kabupaten Jombang karena mengantar ibunya yang berangkat menunaikan ibadah haji. Saya pun kemudian menunggunya di masjid Al-Ikhlas di sebelah rumah Gok Din.

Setelah menunggu beberapa menit, Gok Din dan Rombongannya tiba di rumah. Saya pun diterimanya di Gazebo yang berada di depan rumahnya. Kami pun terlibat dalam obrolan yang sangat gayeng.

Kunjungan shilaturrahmi ini memang saya niati sebagai sebagai pembuka komunikasi awal saya denganya dalam koteks LAZISNU PCNU Kabupaten Jombang. Saya diminta oleh PCNU Kabupaten Jombang untuk melanjutkan kepemimpinan lembaga ini yang sebelumnya dipegang oleh Gok Din.

Sebenarnya saya telah menyampaikan kepada beberapa teman yang menghubungi dan meminta kesediaan saya, bahwa saya tidak bersedia karena ada banyak pertimbangan. Namun, saat Rais Syuriyah, KH. Ahmad Hasan, menghubungi sendiri dan meminta kesediaan saya, maka saya pun tidak kemampuan untuk menolaknya. Beliau adalah guru saya di MTsN Tambakberas. Beliau juga yang mengantar saya mengikuti seleksi calon murid MAPK/MAKN Jember. Karena jasa beliaulah, saya menjadi Santri Kaliwates.

“Kyai, jika memang amanah ini sudah tidak bisa ditawar lagi dan Njenengan memang menghendaki saya, maka bismillahirrahmaanirrahiim saya menerimanya. Saya mohon semoga khidmat saya ini menjadi washilah keshalihan putra-putri kami. Saya mohon bimbingan Njenengan dan para kyai untuk bisa menggerakkan LAZISNU.” Kalimat-kalimat itulah yang saya sampaikan secara langsung saat saya sowan kepada KH. Ahmad Hasan di rumahnya (Selasa, 13/6/2023).

Hingga tulisan ini terpublikasi, secara definitif saya memang belum menerima Surat Keputusan (SK) yang menjelaskan saya dimanahi sebagai apa dalam kepengurusan LAZISNU PCNU Jombang masa khidmat 2023-2024. Atas dasar itulah saya berkunjung ke rumah Gok Din sebagai pribadi yang ingin mendengar cerita pengalamannya selama menjadi ketua LAZISNU PCNU Jombang.

Bagi saya, pertemuan dan obrolan ini sangat penting untuk mengawali khidmat pergerakan kembali LAZISNU. Program dan aksi-aksi baik yang telah dilaksanakan dalam masa kepemimpinannya layak diteruskan sambil membuat inovasi baru yang lebih baik dan segar. Setidak-tidaknya dengan bisa duduk bersama sambil ngobrol, berswafoto bersama dan shalat Maghrib berjamaah dengan Gok Din pasti akan merembeskan energi positif dalam khidmat pergerakan kemaslahatan.  

“Jangan khawatir mas! Jangan sungkan-sungkan ngobrol dengan saya. Saya tetap siap membantu dan berkhidmat, tapi di luar struktur.”, Itulah ucapan Gok Din yang berkali-kali kepada saya saat kami terlibat dalam obrolan itu. Saya pun lega mendengarnya, hingga akhirnya saya harus undur diri untuk pulang ke rumah. [pgn]

Posting Komentar

0 Komentar