![]() |
Catatan ini dibuat sebagai ungkapan jujur atas bantuan teman-teman, saya bisa menyelesaikan Pendidikan Guru Penggerak angkatan 9. |
[Pacarpeluk, Pak Guru NINE] - Ketika surat tugas
dari Kepala SMAN 2 Jombang tiba di tangan saya, hati saya bercampur aduk. Surat
itu menginstruksikan semua guru di sekolah kami untuk mengikuti seleksi
Pendidikan Guru Penggerak. Tidak ada alasan untuk menolaknya, meskipun pada
awalnya sebagian besar dari kami, termasuk saya, kurang berminat. Ini adalah
bagian dari ketaatan kami sebagai bawahan kepada pimpinan.
Saya mengikuti seleksi untuk Pendidikan Guru
Penggerak angkatan 5 dengan setengah hati. Saat itu, ada beberapa kesalahan
administratif dalam berkas saya yang memerlukan perbaikan. Karena mengetahui
bahwa sudah ada guru lain yang serius mengikuti seleksi, saya tidak begitu
bersemangat untuk melengkapinya hingga tenggat waktu habis. Akhirnya, saya
tidak lolos seleksi angkatan 5, sementara teman-teman saya, Bu Izzatul Laila,
Bu Titin Suryani, dan Bu Diah Handayani, berhasil menjadi Calon Guru Penggerak.
Sejak saat itu, minat saya untuk mengikuti seleksi
benar-benar pudar. Namun, setelah melihat ketiga teman saya lulus dan menjadi
Guru Penggerak yang hebat, motivasi saya kembali muncul. Dalam beberapa
kesempatan, Kepala SMAN 2 Jombang terus memberikan dorongan agar kami, para
guru, mengikuti seleksi program pendidikan ini lagi. Semangat saya mulai
bangkit, dan saya memutuskan untuk mencoba kembali pada seleksi angkatan 9.
Ada sesuatu yang menarik pada angkatan 9 ini yang
membuat saya tertarik kembali mengikuti seleksi. Nama saya, Nine Adien Maulana,
memiliki keterkaitan dengan angka sembilan (Nine). Saya menganggapnya sebagai
sebuah hoki yang menarik. Keyakinan ini memberikan dorongan ekstra bagi saya
untuk serius dalam mengerjakan soal-soal seleksi yang sangat banyak narasi
hingga menguras energi.
Saat mengerjakan soal-soal essay seleksi, saya
menuliskan kisah nyata yang saya alami sebagai guru di SMAN 2 Jombang dan
sebagai kader penggerak Nahdlatul Ulama di Pacarpeluk. Saya juga menceritakan
pengalaman dilematis yang saya hadapi dalam menjalankan peran sebagai guru,
serta kontribusi saya sebagai local champion Yayasan Astra Honda Motor
dalam pemberdayaan masyarakat desa Pacarpeluk.
Selama proses seleksi hingga pembelajaran, saya
sering dibantu oleh Bu Diah Handayani, seorang Guru Penggerak angkatan 5. Komunikasi
saya dengan beliau relatif lebih cair, sehingga mudah untuk minta bantuan
kepadanya. Beliau dengan senang hati memberikan bimbingan dan dukungan karena
telah lebih dulu melalui proses pendidikan ini. Bantuan beliau sangat berharga
bagi saya.
Dalam Pendidikan Guru Penggerak, saya ditempatkan
di kelas 50 B bersama guru-guru hebat lainnya seperti Pak Vany Kusuma Endarto
dari SDN Genukwatu, Pak Ishom Junaidi dari SMPN Megaluh 2, Bu Halimatus Sa’adah
dari SMKN 2 Jombang, Bu Risma Amaliya Nursanti dari TK ABA 3 Jombang, dan Bu
Ninik Isti Wilujeng dari SMK Pendidikan Jombang. Kami adalah tim yang kompak
dan saling mendukung.
Kesibukan saya di sekolah dan di LAZISNU PCNU
Jombang sering membuat saya tertinggal informasi, kegiatan, dan tugas. Namun,
rekan-rekan saya di kelas selalu dengan ringan tangan membantu mengingatkan dan
berbagi informasi, sehingga saya bisa mengejar ketertinggalan. Ini membuat saya
merasa bersyukur dan berkomitmen untuk selalu mendukung kegiatan dan
program-program di kelas sebagai bentuk rasa terima kasih dan solidaritas.
Namun, tidak semua berjalan mulus. Di akhir
pembelajaran, saya hanya mampu menyelesaikan tugas sebesar 99% karena ada tugas
yang tertinggal dan tidak bisa diselesaikan tepat waktu, karena telah melewati
batas waktu maksimalnya. Teman-teman saya berhasil menyelesaikannya 100%. Meski
begitu, saya melihat ini sebagai tanda kebaikan karena lagi-lagi saya bertemu
dengan angka sembilan. Di awal proses saya bertemu angka sembilan, di akhir pembelajaran
pun saya bertemu dengan angka sembilan.
Meskipun sempat cemas tidak lulus karena tidak
bisa menyelesaikan tugas 100%, saya akhirnya bisa bernapas lega. Setelah acara
seremoni penutupan Pendidikan Guru Penggerak angkatan 9 dilakukan secara daring
(Selasa, 28 Mei 2024), saya mengecek akun SIM PKB saya. Alhamdulillah, di sana
telah terisi sertifikat tanda kelulusan Guru Penggerak angkatan 9 dengan
predikat amat baik.
Perjalanan ini mengajarkan saya banyak hal. Tidak
hanya tentang menjadi guru yang lebih baik, tetapi juga tentang arti
kolaborasi, dukungan, dan semangat yang tak kenal lelah. Saya sangat bersyukur
atas kesempatan ini dan berharap dapat memberikan kontribusi lebih besar lagi
bagi dunia pendidikan dan masyarakat. Perjalanan ini adalah awal dari langkah
besar yang akan terus saya lalui sebagai Guru Penggerak dan sekaligus Kader
Penggerak Nahdlatul Ulama, sebab saya juga telah lulus dalam Pendikan Dasar Pendidikan
Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PD-PKPNU) yang diselenggarakan oleh PCNU Jombang beberapa waktu yang lalu.
[pgn]
0 Komentar