Menjemput Maslahat dalam Lintasan Takdir

 

22 besar bakal calon anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang ini diajukan kepada Bupati Jombang untuk dipilih 11 orang yang akan dilantik.

[Jombang, Pak Guru NINE] - Hari Jumat, 11 Juli 2025 bukan sekadar penanggalan biasa dalam kalender hidup saya. Hari itu adalah simpul dari serangkaian ikhtiar dan bentuk nyata dari kepercayaan. Di SMAN 2 Jombang, tempat saya mengabdi sebagai guru Pendidikan Agama Islam, telah dilangsungkan rapat pembagian tugas untuk tahun pelajaran 2025/2026. Saya mendapat kepercayaan untuk mengajar 24 jam pelajaran di kelas XI dan XII. Selain itu, saya juga diberi tugas tambahan sebagai wali kelas XII-5 dan dipercaya menjadi Ketua Panitia Peringatan HUT ke-80 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tugas-tugas itu tidak saya pandang sebagai beban. Justru sebaliknya, saya melihatnya sebagai amanah dan ladang amal. Sebab, mengajar dan mendidik generasi muda adalah bentuk ibadah panjang yang hasilnya bisa menjangkau masa depan bangsa. Menjadi wali kelas, apalagi di tingkat akhir seperti XII, berarti saya turut mengantarkan anak-anak itu menuju gerbang kehidupan berikutnya. Sementara menjadi Ketua Panitia HUT RI ke-80 membuka peluang untuk membumikan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme kepada peserta didik melalui semangat kebersamaan.

Namun, ternyata hari itu belum selesai memberi kabar baik. Di sore harinya, saya menerima informasi bahwa saya lolos dalam 22 besar bakal calon anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang. Nama saya tercantum di nomor urut 16. Sebuah kehormatan sekaligus tantangan baru. Tidak semua guru bisa berada di titik ini, apalagi jika melihat daftar nama lainnya yang sebagian besar merupakan tokoh-tokoh besar di dunia pendidikan dan keagamaan, dan bahkan direkomendasikan oleh institusi-institusi ternama: perguruan tinggi, organisasi masyarakat, dan yayasan besar yang sudah lama berkiprah di dunia pendidikan.

Sejenak saya merenung, apakah saya tidak salah tempat? Tapi segera saya bangkit dari keraguan itu. Saya tidak berkecil hati. Justru saya bersyukur. Bisa berada dalam daftar tersebut saja adalah prestasi tersendiri. Apalagi saya percaya, bahwa setiap orang punya kekuatan dan kontribusi khasnya masing-masing. Saya memang bukan rektor atau ketua organisasi besar, tetapi saya memiliki modal penting yang mungkin tidak banyak dimiliki oleh peserta lain: rekam jejak pengabdian yang konsisten dan visi yang relevan untuk masa depan pendidikan.

Dalam makalah yang saya sampaikan kepada panitia seleksi dan melalui wawancara yang saya ikuti, saya menguraikan secara jelas gagasan dan kompetensi yang saya miliki. Saya tidak hanya bicara dalam bahasa teori, tetapi juga membagikan pengalaman nyata sebagai pegiat literasi melalui media online, sebagai kader penggerak Nahdlatul Ulama di Desa Pacarpeluk, serta sebagai bagian dari organisasi profesi guru dan lembaga keagamaan seperti LAZISNU PCNU Jombang dan Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Jombang.

Saya meyakini bahwa Dewan Pendidikan bukan sekadar tempat berkumpulnya tokoh pendidikan, tetapi seharusnya menjadi ruang dinamis yang menyambungkan aspirasi masyarakat dengan arah kebijakan pendidikan daerah. Di sinilah peran saya bisa memberikan warna: menjadi jembatan yang kokoh antara aspirasi bawah dengan kebijakan atas.

Namun demikian, saya tetap menyadari bahwa keputusan akhir ada di tangan Bupati Jombang. Hanya 11 dari 22 nama yang akan ditetapkan menjadi anggota resmi Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang untuk masa bakti 2025–2030. Apapun hasil akhirnya, saya memilih untuk bersikap optimis dan bertawakal. Saya yakin bahwa jika ikhtiar saya ini membawa maslahat, maka Allah SWT akan membukakan pintu jalan melalui hati nurani Bupati Jombang. Tapi andai pun tidak terpilih, saya percaya bahwa Allah SWT punya rencana lain yang lebih baik dan maslahat untuk saya.

Maslahat itu bisa jadi justru kini sedang saya jalani: mendampingi siswa-siswi saya di SMAN 2 Jombang, membimbing mereka menemukan makna dalam setiap pelajaran agama, serta menyemai nilai-nilai spiritual yang akan mereka butuhkan seumur hidup. Dunia pendidikan bukan hanya panggung kebijakan di atas, tetapi juga perjuangan di ruang-ruang kelas yang sering kali tak tampak oleh kamera atau media.

Saya percaya bahwa Allah SWT tak pernah salah menempatkan hamba-Nya. Setiap amanah, apakah itu tampak besar atau kecil, adalah bagian dari skenario Ilahi yang memiliki nilai dan peran masing-masing. Maka jika suatu saat saya dipercaya oleh Bupati menjadi anggota Dewan Pendidikan, itu adalah amanah yang akan saya emban dengan penuh tanggung jawab. Tapi jika tidak, maka saya tetap menjalani tugas harian saya dengan penuh keikhlasan—karena di situlah ladang maslahat itu terus tumbuh dan berbunga.

Dan seperti yang tertulis dalam pengumuman, keputusan Panitia Seleksi bersifat mengikat dan tidak dapat diganggu gugat. Ini menegaskan bahwa proses telah dilakukan secara profesional dan objektif. Saya pun tidak ingin merusak keindahan takdir dengan menggerutu. Sebaliknya, saya ingin memuliakannya dengan syukur, sabar, dan ikhtiar lanjutan.

Dalam hidup, kita memang tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi kita selalu diberikan apa yang kita butuhkan. Dan jika kita terus menanam kebaikan di jalan yang kita yakini, niscaya buahnya akan tumbuh—meskipun mungkin tidak di tempat kita menanamnya pertama kali.

Saya percaya, bahwa setiap ikhtiar yang dilandasi niat tulus, kerja keras, dan semangat memberi manfaat kepada sesama tidak akan pernah sia-sia. Ia akan selalu menemukan jalannya, dalam bentuk yang kadang tidak kita sangka. Maka hari ini, saya melangkah lagi—dengan tugas-tugas baru di sekolah, dengan peluang terbuka di Dewan Pendidikan, dan dengan tekad untuk terus menjadi bagian dari solusi dalam pendidikan bangsa.

Karena pada akhirnya, tugas kita adalah berusaha dan berbuat sebaik mungkin. Dan biarlah takdir yang memilih tempat terbaik bagi kita.[pgn]


Nine Adien Maulana, Guru PAIBP SMAN 2 JOMBANG, bakal calon anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang.

Posting Komentar

0 Komentar