![]() |
Dokumentasi keikutsertaan dalam rangkaian seleksi anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang. |
[Jombang, Pak Guru NINE] - Alhamdulillah. Itulah kalimat pertama yang meluncur dari hati saya
begitu melihat nama saya akhirnya tercantum dalam daftar peserta yang lolos
seleksi administrasi calon anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang. Meski
sempat terjadi kekeliruan penulisan nama yang membuat saya tak muncul dalam
pengumuman awal, panitia bergerak cepat melakukan koreksi, dan saya pun resmi
tertera di urutan ke-15 dari 68 peserta. Sebuah penegasan kecil bahwa niat
baik, jika disertai kesabaran, akan menemukan jalannya.
Tahapan berikutnya menanti: presentasi makalah dan wawancara,
dijadwalkan pada Ahad, 6 Juli 2025, bertempat di Aula Dinas Pendidikan
Kabupaten Jombang. Saya mendapat giliran sesi pagi, pukul 08.30 WIB. Hari itu
menjadi titik penting dalam perjalanan saya sebagai pendidik, penulis,
sekaligus pegiat pendidikan. Bukan hanya soal seleksi, tetapi bagaimana saya
menjadikan momen ini sebagai panggung pembuktian, bahwa pendidikan bukan hanya
tentang ruang kelas, tetapi tentang keberpihakan, keberanian, dan kontribusi
nyata.
Setiba di lokasi, saya menjumpai banyak wajah-wajah familiar:
tokoh-tokoh yang telah lama malang-melintang di dunia pendidikan, organisasi
masyarakat, bahkan partai politik. Mereka bukan hanya pesaing, tapi rekan
seperjuangan dalam misi besar membangun peradaban melalui pendidikan. Namun
jujur, saya tidak merasa inferior. Justru hati saya penuh semangat. Di antara
para tokoh itu, saya hanyalah satu dari banyak insan yang ingin turut ambil
bagian.
Menunggu giliran, saya duduk berdampingan dengan dua tokoh
pendidikan yang juga alumni SMAN 2 Jombang, sekolah tempat saya mengajar
sekarang. Ada Dr. Supriyatno, M.Pd., kini guru di SMKN Kudu, dan dulu pernah
mengajar Bahasa Inggris di SMAN 2. Lalu ada Dr. Wenda Wahyu Christiyanto, dosen
muda dari Institut Teknologi dan Bisnis PGRI Dewantara Jombang. Kami larut
dalam obrolan akrab, bernostalgia, sekaligus saling menyemangati. Persahabatan
lama dalam bingkai SMAN 2 Jombang yang
dipertemukan kembali oleh panggilan pengabdian.
Saat tiba giliran, saya melangkah maju untuk presentasi. Saya
membawa gagasan bertajuk “Gagasan Penguatan
Peran Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang.” Selama 10 menit, saya memaparkan ide dengan gaya yang lugas,
terstruktur, dan komunikatif. Bukan sekadar proposal program, tapi seruan untuk
menjadikan Dewan Pendidikan sebagai jembatan aktif antara masyarakat dan
pemerintah daerah. Saya menekankan pentingnya memperkuat sinergi antar-elemen
pendidikan, memperjuangkan keterbukaan kebijakan, hingga menyuarakan pemerataan
kualitas pendidikan di daerah-daerah pelosok yang sering luput dari perhatian.
Usai paparan, saya berhadapan dengan Prof. Dr. Agus Prianto,
M.Pd., guru besar bidang Ilmu Pendidikan Ekonomi dari UPJB Jombang. Ia
mengajukan beberapa pertanyaan tajam yang memantik diskusi menarik. Saya
menjawab dengan percaya diri, berangkat dari pengalaman, bacaan, dan
keprihatinan nyata atas tantangan pendidikan lokal. Bagi saya, presentasi ini
bukan ajang pamer gagasan, tapi ruang menyuarakan harapan. Harapan agar
pendidikan di Jombang tidak stagnan di tataran wacana, tetapi menyentuh
realitas dan kebutuhan warga.
Lanjut ke tahap wawancara, saya memasuki sebuah ruangan sederhana.
Dua orang pewawancara menyambut saya. Saya tidak tahu nama mereka, tapi wajah
mereka terasa akrab. Kami berdialog cukup lama, bahkan hingga tak terasa melewati
durasi yang seharusnya. Pertanyaan-pertanyaan mereka tidak berat, tapi reflektif.
Tentang motivasi dan keterlibatan saya dalam berbagai kegiatan khidmat kemasyarakatan,
tentang pandangan saya terhadap peran masyarakat dalam pendidikan, hingga
bagaimana saya melihat integritas dalam dunia pendidikan hari ini.
Saya menjawab dengan jujur dan spontan. Tanpa naskah, tanpa konsep
hafalan. Saya hanya ingin jadi diri sendiri. Seorang pendidik yang percaya
bahwa perubahan besar dimulai dari ketulusan kecil. Bahwa keikutsertaan dalam
Dewan Pendidikan bukan jalan untuk prestise, tapi untuk kolaborasi, mendengar,
dan melayani.
Saya pun yakin, apa yang mereka cari dari wawancara ini bukan
sekadar CV mentereng, tapi sikap: ketulusan, komitmen, dan kesediaan turun
tangan langsung ke lapangan. Mungkin mereka sedang mencari jiwa, bukan hanya
kepala.
Kini, semua tahap telah saya lalui. Tinggal menunggu hasil seleksi
pada 11 Juli 2025. Dari 22 nama terpilih sementara, akan dipilih 11 orang oleh
Bupati Jombang untuk dilantik sebagai anggota Dewan Pendidikan Kabupaten
Jombang periode 2025–2030. Saya tidak tahu apakah saya akan termasuk di
dalamnya. Tapi yang saya tahu, saya telah memberikan yang terbaik. Dan
selebihnya, saya serahkan kepada keputusan tim seleksi—dan tentu saja, kepada
kehendak Allah SWT, Sang Penentu segala.
Apapun hasilnya, proses ini telah memperkaya batin saya. Saya
telah belajar, berjumpa, berbagi, dan berefleksi. Dan lebih dari itu, saya
telah melangkah—keluar dari zona nyaman, masuk ke ruang-ruang publik yang
membutuhkan suara dan kerja nyata dari para pendidik.
Langkah ini mungkin kecil, tapi saya berharap ia menjadi bagian
dari pengabdian panjang dalam membangun ekosistem pendidikan Jombang yang lebih
baik. Pendidikan yang tidak hanya berorientasi angka, tapi juga bermakna. Tidak
hanya mementingkan prestasi akademik, tapi juga menumbuhkan nilai, karakter,
dan keberdayaan sosial.
Semoga Allah SWT meridai, dan masyarakat Jombang merasakan
manfaatnya. Karena
sejatinya, pendidikan bukan sekadar tugas negara, tapi tanggung jawab kita
semua.[pgn]
Baca juga!
0 Komentar