Sekolah Bukan Catwalk, Bukan Pula Panggung Gondrong

 

Rambut gondrong mungkin dianggap keren di luar sekolah. Lipstik mungkin menambah daya tarik di mata sebagian orang. Namun di ruang kelas, keduanya justru bisa menjadi penghalang. 

[Pacarpeluk, Pak Guru NINE] - Sekolah adalah tempat menimba ilmu, mengasah budi pekerti, dan menyiapkan masa depan. Namun di tengah semangat belajar itu, sering kali muncul kesalahpahaman tentang makna kebebasan berekspresi. Ada siswa yang merasa lebih percaya diri dengan rambut gondrong, ada pula siswi yang merasa lebih cantik dengan sapuan lipstik. Seakan-akan sekolah adalah catwalk, tempat menampilkan gaya dan penampilan. Padahal, esensi sekolah jauh lebih dalam dari sekadar ajang unjuk pesona.

Ungkapan “Sekolah bukan catwalk, bukan pula panggung gondrong; hadirkan rapi dan sederhana, agar ilmu mudah meresap dalam jiwa” lahir dari kesadaran akan pentingnya disiplin dan kesederhanaan dalam dunia pendidikan. Quote ini bukanlah bentuk pengekangan, melainkan pengingat bahwa keberhasilan belajar sangat erat kaitannya dengan sikap dan tampilan diri yang tertib.

Rambut gondrong mungkin dianggap keren di luar sekolah. Lipstik mungkin menambah daya tarik di mata sebagian orang. Namun di ruang kelas, keduanya justru bisa menjadi penghalang. Rambut gondrong dapat memberi kesan kurang disiplin, sementara lipstik yang berlebihan dapat mengalihkan fokus dari belajar menjadi sekadar urusan penampilan.

 

Baca pula!

Maulid Story Telling : Ketika Siswa Berkisah tentang Rasulullah

 

Sekolah mengajarkan bahwa kesuksesan tidak diukur dari seberapa panjang rambut atau seberapa tebal lipstik, melainkan dari seberapa tekun seseorang menuntut ilmu. Penampilan yang rapi dan sederhana membantu siswa lebih percaya diri tanpa harus bergantung pada atribut luar. Ia juga mencerminkan sikap menghargai aturan, guru, dan lingkungan belajar.

Sebagian siswa mungkin beranggapan, “Mengapa sekolah terlalu mengatur rambut dan lipstik? Bukankah itu bagian dari hak pribadi?” Pandangan ini wajar muncul di tengah semangat kebebasan remaja. Namun, penting untuk diingat bahwa tata tertib sekolah bukanlah belenggu, melainkan pagar keselamatan.

Bayangkan sebuah jalan raya tanpa rambu lalu lintas. Masing-masing pengendara akan bebas menyalip, berhenti, atau melaju seenaknya. Akibatnya, bukan kebebasan yang tercipta, melainkan kekacauan. Begitu pula sekolah. Tanpa tata tertib, suasana belajar akan kehilangan arah. Disiplin berpenampilan adalah salah satu bentuk latihan kecil agar kelak siswa terbiasa hidup tertib di masyarakat.

 

Baca pula!

Menyemai Asa Literasi dari Jombang

 

Rambut gondrong tidak menambah kecerdasan. Lipstik tidak menambah nilai ujian. Bahkan sebaliknya, jika berlebihan, keduanya bisa mengurangi wibawa dan fokus siswa. Dunia kerja dan kehidupan nyata lebih menuntut sikap profesional, rapi, serta beretika. Dengan demikian, tata tertib sekolah sejatinya sedang mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan dewasa, bukan semata-mata membatasi gaya.

Bahkan, banyak tokoh besar dunia tampil sederhana. Albert Einstein terkenal dengan setelan yang sama berulang kali karena baginya, pikiran lebih penting daripada penampilan. Ulama dan cendekiawan juga dikenal dengan kesahajaan, bukan dengan gaya berlebihan. Dari mereka kita belajar bahwa daya tarik sejati lahir dari kecerdasan, karya, dan akhlak mulia.

Sekolah perlu menyampaikan aturan ini dengan pendekatan yang humanis. Bukan sekadar “melarang gondrong” atau “melarang lipstik”, melainkan menanamkan pemahaman bahwa aturan dibuat untuk melatih tanggung jawab. Siswa perlu diajak dialog: apa manfaat tampil rapi? Apa risikonya bila aturan diabaikan?

 

Baca pula!

Gus Irfan dari SMPP Jombang ke Kursi Menteri Haji dan Umrah

 

Kampanye digital dengan quote inspiratif bisa menjadi solusi kreatif. Misalnya, poster atau video singkat berisi pesan bahwa rambut rapi mencerminkan jiwa tertata, wajah polos mencerminkan hati yang bersih. Dengan pendekatan positif, siswa tidak merasa dikekang, melainkan diajak menyadari makna di balik aturan.

Jika generasi muda ingin dihormati, mereka harus mulai dari hal kecil: menata diri. Kesuksesan besar sering kali lahir dari disiplin sederhana. Seorang atlet tidak bisa juara tanpa latihan teratur. Seorang musisi tidak bisa piawai tanpa kesabaran. Begitu pula siswa, tidak bisa berprestasi tanpa ketaatan terhadap aturan kecil yang melatih keteguhan hati.

Rambut rapi bukan sekadar tampilan, melainkan simbol bahwa seseorang siap menghadapi tantangan hidup dengan teratur. Wajah tanpa lipstik di sekolah bukan berarti tidak cantik, melainkan cermin ketulusan belajar tanpa topeng kepura-puraan.

Pada akhirnya, sekolah adalah ladang menanam ilmu, bukan panggung pertunjukan gaya. Rambut gondrong dan lipstik mungkin tampak sepele, namun kedisiplinan dalam urusan kecil ini akan membentuk karakter yang lebih besar di masa depan.

Maka benarlah ungkapan: “Sekolah bukan catwalk, bukan pula panggung gondrong; hadirkan rapi dan sederhana, agar ilmu mudah meresap dalam jiwa.”

Dengan tampil rapi dan sederhana, siswa sedang membuka pintu bagi ilmu untuk masuk lebih dalam, menumbuhkan akhlak yang mulia, dan mempersiapkan diri menjadi generasi tangguh yang kelak membawa harum nama bangsa.[pgn]

Nine Adien Maulana, GPAI SMAN 2 Jombang – Sekretaris DP MUI Kabupaten Jombang

Posting Komentar

0 Komentar